Penulis
Intisari-Online.com - Tanggal 12 Mei 1918. Seorang Jerman bernama Herman Keller memutuskan untuk menguji kebenaran tentang gas beracun dari Gua Djimat. Ia meninggalkan penunjuk jalannya jauh di belakang dan dengan sadar dimasukinya daerah bahaya tersebut.
Ketika penunjuk jalannya berhasil mencapai tepi Gua Djimat, dilihatnya Hermann Keller sudah terbaring di sana sebagai mayat. Lagi-lagi lembah maut telah memperoleh mangsa manusia!
Seperti apakah bentuk Gua Djimat itu? Dalam tulisannya di Intisari Juni 1965, Yap Kion Aun menuliskan bahwa nama Hermann Keller masih hidup dalam kenangan orang-orang tua ketika ia datang ke Dieng tahun segitu. Kuburan Herman terletak di pinggir jalan kecil menuju ke arah Gua Djimat itu, seakan-akan memperingatkan agar jangan ada orang yang berbuat sembrono lagi.
Yap awalnya menduga bahwa ia akan menemui gua yang gelap atau lembah tandus yang menakutkan. Sebuah lembah yang landai dengan tebing-tebing gundul tak bertanaman. Namun yang disaksikan hanyalah sebuah lubang besar yang terdapat pada lereng gunung. Tak salah lagi itu merupakan bekas kawah pada masa lampau.
Yang tidak diduga, lubang itu penuh dengan tanaman yang menghijau. Bahkan ada yang sangat tinggi. Yang paling mengherankan adalah ada dua orang laki-laki di dalam bekas kawah itu sibuk memotong kayu untuk digunakan sebagai kayu bakar. Mereka bekerja dengan tenang-tenang saja, seolah-olah tak ada bahaya yang mengancam.
Yap mengambil kesimpulan bahwa kegiatan gas terbatas pada tempat tertentu. Gas yang keluar adalah gas CO2 yang disebut mofet. Gas ini banyak muncul di daerah vulkanis, seperti di Telaga Luwuk serta Kawah Upas dari Gunung Pangonan (masih di sekitar Dieng) dan di sekitar Gunung Tangkubanparahu.
Mofet yang terdapat di Gua Djimat letaknya di dasar suatu bekas kawah. Kalau cuaca buruk atau tidak ada tiupan angin maka gas CO2 yang berat itu bisa terkumpul di dasar. Konsentrasi 9 persen sudah membahayakan jiwa. Bahayanya, gas ini tidak berwarna dan tidak berbau. Cara mengetesnya adalah dengan nyala lilin yang akan padam kalau terkena gas CO2.
Namun bisa saja gas lain yang membuat Gua Djimat berbahaya. Untuk itu perlu pengujian yang lain.