Find Us On Social Media :

60 Tahun Jejak Hillary di Everest

By Agus Surono, Rabu, 29 Mei 2013 | 19:00 WIB

60 Tahun Jejak Hillary di Everest

Intisari-Online.com - Hari ini, 29 Mei 2013, adalah 60 tahun penaklukan Puncak Everest oleh Edmund Hillary dan Tenzing Norgay. Sebelum tim ekspedisi yang dipimpin oleh John Hunt itu mencapai puncak Everest pada 1953, sudah ada 11 ekspedisi lain yang berusaha menaklukkan gunung tertinggi di dunia itu.

Kunci dari keberhasilan tim Inggris itu adalah penggunaan peralatan oksigen yang canggih dan perlengkapan pelindung khusus. Berbeda dengan tabung oksigen biasa, peralatan oksigen itu terdiri atas penggabungan dua macam sistem. Pada sistem sirkuit terbuka, udara segar diserap dalam prosentase tertentu bersama oksigen murni. Sedangkan pada sirkuit tertutup, para pendaki menerima 100 persen oksigen dari silinder.

Sepatu yang dikenakan tim ini pun sepatu khusus, yakni assault boot. Sepatu ini dirancang dengan insulasi panas yang lebih baik, namun tetap ringan.

Kini, perkembangan peralatan semakin canggih dan mendaki puncak Everest peluangnya semakin besar. Selain canggih, bobotnya juga lebih ringan. Seperti gagang kapak es. Jika dulu terbuat dari kayu, kini terbuat dari logam ringan. Alhasil, dibandingkan dengan berat ransel yang dibawa Hillary, ransel pendaki Everest sekarang ini bobotnya tinggal separo.

Puncak Everest pun menjadi tujuan wisata para orang kaya. Yang menjadi penghambat memang soal biaya, selain tentu juga fisik dan kemampuan beradaptasi. Pada tahun 2010, sudah lebih dari 3.000 orang mencapai puncak Everest.

Kemudahan lain adalah rencana dibuatnya tangga di Hillary Step. Ini adalah penghalang terakhir yang harus dilalui untuk mencapai puncak Everest. Tebing yang nyaris vertikal sepanjang 12 m ini diberi nama Hillary Step seperti nama Edmund Hillary, orang pertama yang memanjat tebing itu bersama Tenzing Norgay. Setelah memanjat tebing curam itu, jalan menuju ke puncak Gunung Everest pun terbentang panjang.

Namun rencana tangga itu masih menjadi pro kontra. Bisa jadi jalan tengahnya adalah menjadikan tangga itu sebagai jalan turun sehingga tidak mengganggu jalur pendakian. Soalnya, pada saat ramai, tangga itu menjadi semacam leher botol yang membuat pendakian bisa berjam-jam hanya untuk menunggu antrian. (Koran Tempo)