Find Us On Social Media :

Terhambat Juga Jadi Masalah

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 26 Mei 2011 | 10:48 WIB

Terhambat Juga Jadi Masalah

Ada ejakulasi dini, ada ejakulasi terhambat. Lo!

Jadi suami memang serba salah. Terlalu cepat keluar, dibilang ejakulasi dini. Terlambat keluar, dicap ejakulasi terhambat. Keduanya memang tidak diinginkan, baik oleh laki-laki maupun pasangannya.

Ejakulasi terhambat bisa terjadi pada pria yang melakukan hubungan seksual berulang-ulang, dalam masa waktu yang pendek. Berulang-ulang artinya lebih dari 3 - 4 kali. Masa waktu yang pendek juga sangat relatif dan bersifat individual, bisa dalam satu malam, sehari-semalam, tapi juga 6 - 8 jam. Biasanya, pada hubungan ketiga dan keempat sudah terjadi ejakulasi.

Laporan lain menunjukkan, kasus ejakulasi terhambat dapat juga terjadi sejak awal, atau sejak berhubungan seksual pertama kali. Pada kasus terakhir, kemungkinan terjadi gangguan pada susunan saraf simpatis di daerah lumbal. Dugaan ini juga mendasari, mengapa terjadi ejakulasi terhambat pada mereka yang menggunakan obat-obat yang mengganggu fungsi saraf simpatik.

Manifestasi lain dari ejakulasi terhambat berkaitan dengan ambang ejakulasi. Ada laki-laki yang tidak terangsang maksimal dengan gesekan mukosa (lendir) vagina, tapi malah sangat terangsang dan mudah ejakulasi dengan oral seks atau masturbasi. Walaupun tidak tertutup kemungkinan menimpa Anda, kasus-kasus di atas sangat jarang terjadi, sehingga tak banyak menarik perhatian para ahli.

Banyak ahli meyakini, ejakulasi terhambat juga disebabkan oleh faktor fisik maupun psikis. Penyebab fisik, misalnya gangguan saraf simpatik di daerah lumbal, juga oleh penyakit-penyakit yang bermanifestasi Parkonsonisme. Beberapa obat tertentu juga dapat memicu terjadinya ejakulasi mampat ini, misalnya butyrophenoenes, dan beberapa golongan ganglionic blocking agents.

Sedangkan penyebab psikis yang banyak disebut-sebut ialah imajinasi yang berlebihan, kelelahan, dan terjebak dalam rutinitas. Gangguan yang lebih disebabkan oleh faktor psikis ini dapat diterapi dengan latihan yang teratur dan stimulasi terstruktur.