Tidak Subur Akibat Celana Ketat (1)

K. Tatik Wardayati

Penulis

Tidak Subur Akibat Celana Ketat (1)

Intisari-Online.com – Selain mengikuti mode, celana jin ketat akan membuat si pemakai tampak seksi. Namun ada kalanya justru berbahaya. Pernah dilaporkan, pria yang mengenakan celana terlalu ketat tingkat kesuburannya menjadi berkurang. Pasalnya, selangkangan si pemakai menjadi lebih hangat dibandingkan dengan kondisi normal. Padahal panas bisa merusak sperma, sheingga lama-kelamaan kesuburannya berkurang. Konon, kebiasaan memakai sarung baik untuk kesuburan.

Tak hanya pria yang jadi korban celana ini, tapi juga kaum wanita. Selain jin ketat, celana dalam nilon dicurigai sebagai salah satu biang keladi yang memperbesar kemungkinan infeksi pada rongga panggul kaum wanita. Meningkatnya panas dan kelembapan di daerah selangkangan, melahirkan kondisi yang disukai oleh mikroorganisme penyebab infeksi tersebut.

Biang keladi lain yang ikut dituding adalah pemakaian tampon. Penyakit radang rongga panggul (pelvic inflammatory disease = PID) ini menyerang jutaan wanita di seluruh dunia. Bahkan menurut penelitian di AS dan Inggris, jumlah penderita PID di kedua negara itu sudah sampai taraf yang mengkhawatirkan.

Akibat PID bisa berupa infeksi yang terjadi berulang-ulang, rasa nyeri yang kronis, hamil di luar kandungan, dan ketidaksuburan. Bahkan, kemungkinan hamil di luar kandungan bisa meningkat sepuluh kali lipat pada orang yang pernah terkena PID.

Hasil penelitian yang menunjukkan 3 dari 4 wanita yang pernah tiga kali terserang PID menjadi tidak subur. Meski sampai kini belum ada bukti ilmiah betulkah jins ketat dan tampon menyebabkan PID, Dr. Louis Keith ahli kandungan dan kebidanan dari Northwestern University, Chicago, AS, menyarankan untuk tetap mencermati hubungan sebab-akibat ini.

Sebenarnya, PID yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme ini sering ditularkan lewat hubungan seksual. Peradangan terjadi pada bagian atas alat vital terutama rahim, saluran fallopian, dan indung telur. Karena itu orang yang bergonta-ganti pasangan lebih besar kemungkinannya tertulari PID.

Sementara kalangan lain menyalahkan pemakaian alat kontrasepsi IUD, tapi menurut Keith, hal ini tidak benar. Pasalnya, banyak wanita yang menderita PID tidak memakai IUD dan sebaliknya banyak pula wanita yang memakai IUD malah tidak menderita PID.

- bersambung -