Intisari-Online.com - Ahli medis memperingatkan konsumen untuk tidak membeli suplemen peningkat kemampuan seksual, baik online maupun di toko, karena produk-produk tersebut mungkin mengandung zat berbahaya yang tidak disebutkan produsennya. Meskipun dalam iklan suplemen seks produsen mengaku bahwa produk mereka mampu meningkatkan fungsi seksual, namun tidak ditemukan bukti untuk mendukung klaim tersebut. Itulah yang disampaikan oleh Dr. Pieter Cohen, seorang asisten profesor kedokteran di Harvard Medical School.
Cohen yang juga merupakan seorang internis umum di Cambridge Health Alliance di Boston menyatakan bahwa faktanya tidak ada produk non-resep yang memiliki banyak bukti tentang manfaatnya dalam menolong ereksi seseorang. Seringkali produsen diam-diam menambah obat yang diresepkan, seperti sildenafil (dijual dengan nama merek Viagra) atau tadalafil (dijual dengan nama merek Cialis), sehingga pelanggan terus menggunakan produk-produk tersebut.
Terkadang, menurut temuan Cohen, obat-obat yang dirahasiakan merupakan versi modifikasi mini dari obat yang sudah ada. Obat-obat tersebut juga biasanya masih benar-benar dalam pengujian dan belum terjamin keamanannya.
“Produk-produk ini tidak benar-benar bekerja, dan kalaupun dia bekerja, kemungkinan besar mengandung zat-zat yang dapat membahayakan penggunanya, karena zat-zat tersebut juga kerap disembunyikan keberadaannya,” tutur Cohen.
Pada 2009, suplemen seks tercemar oleh obat diabetes dosis tinggi menyebabkan kematian lebih dari 12 orang di Asia. Jika doktor dan anggota parlemen tidak bereaksi dengan cepat untuk mengurangi paparan dari suplemen tersebut, jumlah kematiannya mungkin akan lebih banyak lagi.
Oleh karenanya Cohen menyarankan dokter untuk memberikan resep serendah mungkin untuk obat-obat disfungsi ereksi sehingga pasien tidak terpapar zat-zat tersembunyi yang berbahaya. (MyHealthNewsDaily)