Posisi Menentukan Sensasi

Agus Surono

Penulis

Posisi Menentukan Sensasi

Intisari-Online.com - Dulu, sewaktu sekolah menengah, ada istilah PMP. Ini bukan mata pelajaran khas Orde Baru, hanya plesetan saja: Posisi Menentukan Prestasi. Nah, sekarang saat sudah berkeluarga, saya dapat istilah lain namun mirip: PMS. Hmmm ... ini bukan kepanjangan dari Penyakit Menular Seksual, tapi Posisi Menentukan Sensasi. Ah, aya-aya wae. Berbicara hubungan seksual memang pada akhirnya bermuara ke sensasi, atau kenikmatan, kepuasan; dan untuk itu tentu menyangkut soal posisi. Entah posisi umum atau aneh-aneh, ketika kenikmatan itu sudah tercapai, ya selesailah esensi hubungan seksual. Banyak pasangan, terutama lelaki, yang tak acuh begitu kenikmatan direngkuh. Padahal, dalam tahapan yang ideal, setelah foreplay dan play, masih ada afterplay. Atau, kalau dalam olahraga ada pendinginan. Dalam hal membicarakan posisi bersenggama, sekarang ini sudah tidak terhitung berapa banyak informasi soal ini. Mulai yang kuno ala Kamasutra sampai yang modern ala film biru. Namun, pada dasarnya posisi-posisi tadi hanya itu-itu saja. Selebihnya adalah kreativitas dari pasangan yang terikat dalam perkawinan untuk mencari kenikmatan dari aspek rekreatif. Nyaman buat berdua Namun, Anda salah jika berpendapat bahwa orang Barat lebih bebas dalam berekspresi soal posisi ini dibandingkan dengan orang Timur. Dalam bukunya Jalan Kesempurnaan Melalui Kamasutra; Seks, Cinta & Kasih Anand Krishna menuliskan bahwa sampai tahun 1920-an, Barat hanya mengenal satu posisi hubungan seksual, yakni posisi misionaris (pria di atas wanita). Mereka beranggapan inilah posisi yang wajar. Selama berabad-abad posisi-posisi yang lain dianggap tidak wajar. Bahkan ada yang menganggapnya haram, dosa. Sebaliknya, para pakar seks di Timur tidak begitu memperhatikan soal posisi bersetubuh. Secara fisik pria lebih kuat. Jadi, wanita tidak harus di bawah. Justru ia harus di atas sebab dengan begitu ia akan mengalami orgasme lebih cepat. Soalnya, dalam berhubungan seksual wanita minimal membutuhkan orgasme tiga kali untuk mencapai kepuasan yang sempurna. Naskah kuno dari dunia Timur yang membahas soal posisi bersetubuh salah satunya Kamasutra, hasil racikan Bhagavan Vatsyayan. Dari tujuh bab keseluruhan Kamasutra, ada satu bab khusus yang membahas posisi bersetubuh. Sedikitnya ada 25 posisi yang semuanya memberikan cara-cara menuju Kama, kepuasan seksual yang melibatkan seluruh panca indera manusia sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa. Bagi beberapa orang, posisi-posisi yang ada di buku itu mungkin akan membikin dahi berkernyit. Namun sebagai sebuah pilihan dalam memaknai dimensi rekreasi sebuah hubungan seksual Kamasutra amat membantu. Seperti yang diungkapkan oleh Putri, wanita Solo yang bermukim di pulau seberang, buku Kamasutra amat membantu dirinya dan sang suami dalam mengeksplorasi gaya bersetubuh. "Saya dan suami sama-sama suka mencoba berbagai macam gaya," begitu ujarnya melalui surat elektronik (surel) beberapa waktu silam. Namun ia memberi catatan soal posisi-posisi yang ada di buku. "Bila dirasa posisi itu nyaman buat kami berdoa, ya ayo aja!" Nyaman buat berdua memang harus diberi perhatian khusus. Hal itu juga ditegaskan oleh dr. Heru H. Oentoeng, M.Repro, Sp. And, dari Siloam Hospitals Kebunjeruk. "Posisi untuk rekreasi harus dicari sampai kedua pihak merasa nyaman. Jangan sampai satu pihak nyaman, pihak lain tidak. Untuk membicarakan nyaman tidaknya posisi tadi bisa dilakukan saat afterplay. Pada saat ini, pasangan bisa berdiskusi soal posisi-posisi mana saja yang nyaman dan mana yang tidak nyaman. Dievaluasi apakah perlu dilakukan perubahan atau distop posisi yang tidak nyaman tadi." Nah, buat para suami, nasihat dr. Heru yang menjadi narasumber bincang-bincang seputar reproduksi di sebuah radio di daerah Tangerang ini patut disimak. Jangan selesai "berbuat" langsung ngorok. Atau menyambar remote control dan memilih saluran kesukaan di teve ruang keluarga. (Healthy Sexual Life 4)