Find Us On Social Media :

5 Solusi untuk Anak Yang Ngambek Bikin PR

By Agus Surono, Selasa, 24 Januari 2017 | 18:01 WIB

5 Solusi untuk Anak Yang Ngambek Bikin PR

Intisari-Online.com - Menyuruh anak mengerjakan pekerjaan rumahnya terkadang menjadi beban yang menyiksa. Tak jarang amarah meluap karena anak kita susah sekali disuruh mengerjakan PR-nya. Ia malah lebih asyik main dengan temannya atau main game di komputer. Situs manshealth.com memberikan lima solusi tanpa menimbulkan konfrontasi.

(Robot Albert Einstein Ini Akan Mengajari Anak Anda Tentang Sains )

Buatlah sebagai upaya bersama. Bersikaplah sebagai teman terhadap anak Anda dan bukan musuh! "Biarkan anak tahu bahwa Anda adalah tim dia," kata Jeffrey Bernstein, Ph. D., pengarang buku "10 Days to a Less Distracted Child". Maka bantulah dia untuk memulai mengerjakan PR-nya dengan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan dan memberi arahan untuk melakukan "langkah pertama". Ketika itu sudah jalan, langkah selanjutnya biarkan dia yang menyelesaikannya.

Picu semangat juangnya. Jika anak malas mengerjakan pekerjaan rumahnya, cobalah untuk memberinya semangat. Tapi jangan menyemangatinya dengan kata-kata yang umum atau lumrah seperti, "Kamu anak pintar!". Cobalah untuk memberi semangat selaras dengan kelebihan atau kekuatan si anak. Misalkan saja ia pemain futsal yang andal, semangati dengan bilang, "Ayo anggap PR itu bola. Giring dan masukkan ke gawang!".

(Kekuatan dan Kehebatan Ibu Seorang Anak Berkebutuhan Khusus)

Tahan untuk menghukum. Berteriak, meski terkadang bisa menjadi pelepas emosi, adalah tindakan yang kontraproduktif. Jangan pernah menyandingkan apa yang ingin Anda inginkan terhadap anak Anda dengan sesuatu yang menimbulkan penolakan. "Salah satu tindakan seorang guru yang sangat buruk adalah meminta murid untuk menulis sesuatu di papan tulis 100 kali," kata Alan Kazdin, Ph. D., direktur Yale Parenting Center & Child Conduct Clinic dan pengarang buku "The Kazdin Method for Parenting the Defiant Child."

Bicaralah dalam bahasa yang tepat. Anak-anak berkaitan dengan cerita, bukan ceramah atau nasihat. Untuk menggaet kepercayaan, Bernstein menyarankan untuk berbagi cerita bagaimana Anda dulu juga membenci sebuah pelajaran.

Latihan, latihan, latihan. Kazdin menyarankan pendekatan persoalan secara pelan-pelan. Hasilnya tidak terlihat besok, tapi seminggu atau sebulan ke depan.