Find Us On Social Media :

Memujilah, Anda pun Memperoleh Berkah

By Agus Surono, Rabu, 20 Juli 2011 | 13:28 WIB

Memujilah, Anda pun Memperoleh Berkah

Manfaat pujian ternyata tidak saja dirasakan oleh si penerima, tetapi juga oleh si pemberi. Mereka yang masih berprinsip "hemat pujian" barangkali dapat belajar sesuatu dari hasil pengamatan psikiater dr. Jean Rosenbaum ini. Ingat-ingatlah, sepagi tadi berapa kali Anda memuji pasangan, buah hati, teman sekerja, atau bos Anda? Satu, lima, sepuluh kali? Beruntunglah yang banyak memuji (dengan tulus tentunya) karena dari pengamatan Jean Rosenbaum tadi, pujian sangat penting dalam pengembangan kepribadian. Bagi penerimanya, ia membawa kebahagiaan, karena orang yang menerima pujian akan merasa aman secara sosial dan emosional. Sayang, banyak orang belum menyadari pentingnya sebuah pujian. Pujian baru dikeluarkan jika ada peristiwa yang sangat luar biasa. Padahal untuk setiap hal, termasuk yang sepele, seperti kerapian berpakaian pada diri seseorang, dapat dilontarkan pujian.Sebagai seorang praktisi di bidang kesejahteraan jiwa, dr. Jean Rosenbaum melihat banyak kegagalan dalam perkawinan maupun keretakan keluarga disebabkan oleh terabaikannya penghargaan antarpribadi ini. Hal yang sama bisa terjadi dalam dunia kerja. Ketidakpuasan para pekerja sering berasal dari kurangnya perhatian atasan terhadap hasil kerja mereka. Simaklah perkataan Kenneth G., seorang ahli mesin. "Saya tahu, saya bekerja dengan baik. Tapi mandor saya tak pernah bilang begitu kepada saya." Ketika ada kesempatan, Kenneth memilih pindah ke perusahaan lain.Pujian memerlukan setidaknya dua orang. Seseorang yang memberi dan seorang lagi yang menerima. Dengan begitu, pemberian pujian merupakan sebuah interaksi sosial antarpribadi. Kalau selama ini orang tahu akan rasa senang dan bahagia yang didapat setelah menerima pujian, ternyata perasaan itu juga dialami oleh si pemberi.Memberi pujian lebih dari sekadar cara untuk memuluskan hubungan dengan orang lain. Pujian itu baik untuk ego si pemberi maupun si penerima, karena tindakan itu merupakan ego booster. Berhubung ego adalah bagian dari kesadaran kita yang menerima semua tekanan dan kesan dari dunia luar, kalau ego "kempis" atau "robek" akibat ulah atau ucapan yang menyakiti, kita akan merasa sedih. Sebaliknya, ketika ego "mengembang", rasa gembiralah yang kita rasakan. Baik menerima atau memberi pujian membuat ego mengembang.Karena kita tidak dapat memutuskan kapan akan menerima pujian, lebih mudah membangun ego dengan memberikan pujian.Tipe sarkastik, pelit memujiPada sisi lain, pujian dapat menguatkan identitas pribadi. Pertama, memberikan pujian merupakan tindakan nyata dan bukti bahwa kita sedang melakukan sesuatu. Bahwa kita bukan sekadar penonton. Kedua, memberikan pujian adalah juga ekspresi pendapat kita. Dengan berani mengekspresikan pendapat, kita menyatakan bahwa kita pribadi unik. Ini juga menguatkan kepribadian dan identitas. Ketiga, dalam memberikan pujian, kita berkata kepada dunia, "Inilah saya dan pendapat saya berdasarkan pengamatan yang saya lakukan." Dengan melakukannya, kita secara tak sadar meningkatkan gengsi diri. Selain proses psikologi, memberikan pujian juga sebuah seni, yang dapat dipelajari. Teknik serta kemampuan untuk melakukan hal itu mengungkapkan kepribadian dan tingkat kepekaan seseorang.Ambil contoh, seseorang yang bertipe sarkastik, atau yang suka meremehkan, cenderung kurang mampu memberikan pujian terhadap orang lain. Mereka yang suka bergosip, umumnya juga tak bisa melihat sesuatu hal dalam diri orang lain yang bisa dipuji.Orang yang suka berprasangka dan egois, apalagi. Jenis pribadi seperti ini bukanlah yang berusaha melihat hal baik dalam diri orang lain.Memberi pujian memerlukan tidak hanya kepekaan dan kejujuran, tapi juga kepintaran untuk menilai dan membedakan kepribadian yang satu dari yang lain. Kita tentu tidak memberikan pujian yang sama tanpa pandang bulu kepada setiap orang yang ditemui. Pelajari dan amati orang-orang di sekitar kita. Apa saja yang menjadi kelebihan mereka, dan dalam hal apa mereka paling bangga? Kadang-kadang jawabannya tidak seperti yang kita duga semula.Seorang pengacara, misalnya, terkenal dengan teknik-teknik debatnya di ruang sidang. Namun jangan puji ia tentang kepiawaiannya itu, karena wajahnya baru bersinar kalau ada orang yang melontarkan pujian terhadap taman mawarnya yang asri. Atau seorang guru paling bangga dengan kue buatan sendiri dan dekorasi rumahnya.Pujian juga mengenal gender. Wanita cenderung suka dipuji mengenai penampilan, pakaian, dan gaya mereka. Sementara pria akan lebih greng jika dipuji dalan hal kejantanan dan kemampuannya. Kalau wanita senang dipuji intuisi dan kemampuan mereka untuk bersimpati pada penderitaan orang lain, pria lebih puas dipuji kehebatan mereka dalam bisnis, prestasi mereka dalam profesi, atau keunggulan dalam olahraga.Yang menarik, menurut pengamatan Rosenbaum, semua orang, tanpa mempedulikan jenis kelaminnya, lebih menikmati pujian yang menyangkut hobi daripada pekerjaan tetapnya.Sebagai langkah pertama, ada aturan bagus yang bisa diikuti, yakni pikirkanlah dalam hal apa saja kita sendiri paling senang dipuji.Memuji sambil bertanyaTernyata ada banyak cara menyampaikan pujian. Pujian tak langsung menjadi alternatif yang terbaik. Selain mengungkapkan kreativitas pemikiran si pemuji, pujian macam ini lebih tulus dan halus. Apa yang telah dilakukan oleh Ted R., seorang mandor sukses, berikut ini bisa dijadikan cermin bagi bos-bos kita.Tingkat produktivitas karyawan di bagiannya sangat bagus. Mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk maju bersama. Ketika ditanya rahasia suksesnya, Ted hanya tertawa. "Tak ada rahasianya. Saya menyukai orang dan saya berusaha menunjukkan penghargaan saya kepada mereka." Ted mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan anak buahnya beserta keluarganya. Dengan demikian, pujian yang ia lontarkan tak melulu soal hasil kerja mereka, tapi juga, misalnya, prestasi olahraga bagi yang berhobi olahraga. Ia juga pasang mata dan telinga sehingga segera tahu jika ada salah seorang anak karyawannya memperoleh penghargaan di sekolah. Tanpa ragu ia memuji sang karyawan sebagai ayah yang sukses mendidik anaknya. Tak ayal lagi, dengan iklim yang diciptakan oleh bos mereka, karyawan Ted memiliki semangat juang sebagai sebuah kelompok.Bentuk pujian tak langsung lainnya adalah pujian berganda atau beranting. Hal ini terjadi ketika kita menceritakan sebuah pujian yang Anda dengar secara langsung. Ungkapan berikut bisa dijadikan contoh. "Bos benar-benar suka pada idemu. Katanya kamu adalah salah satu karyawan terbaik di bagian ini."Tindakan bertanya pun bisa menjadi bentuk lain dari pujian. Saat Anda bertanya untuk meminta saran dan bertanya bagaimana mengerjakan sesuatu, kita sebenarnya memuji orang itu.Namun jangan memberikan pujian dengan pamrih tertentu. Sebagai contoh, karyawan memuji pimpinannya dengan harapan akan memperlicin kemajuan kariernya. Dalam hubungan bapak-anak pun, pujian yang tak tulus seperti ini dapat membawa sakit hati dan kekecewaan yang membekas dalam. Demikian pula dengan pujian palsu antarsuami-istri yang dilakukan hanya sekadar untuk memancing agar pasangan melakukan yang diinginkan, sebab bisa mengerosi perkawinan itu sendiri.Kebiasaan memberi pujian akan membuat kita secara otomatis menaruh perhatian yang tulus pada orang lain, dengan akibat kita menjadi lebih simpatik dan disukai. Barangkali uang dan barang tak cukup kita miliki untuk dibagi-bagikan kepada banyak orang, namun semua orang dapat memberikan "hadiah" berupa pujian kepada orang lain. Bila kita setuju, bahwa perbuatan baik adalah salah satu hal terpenting dan diperlukan dunia ini, pujian sebagai bagian dari perbuatan baik itu dapat dipastikan akan membawa banyak berkah, baik bagi si pemberi maupun si penerima. Mulailah dan jadikanlah kebiasaan memberi pujian. Sekarang.