Find Us On Social Media :

Takut Ke Sekolah

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 18 Agustus 2011 | 15:00 WIB

Takut Ke Sekolah

Takut ke sekolah atau fobia sekolah merujuk pada keengganan anak untuk bersekolah karena ketakutan yang akut terhadap sekolah. Biasanya ketakutan ini disertai dengan gejala-gejala somatis. Paling sering gejala itu berupa gangguan saluran pencernaan.

Keluhan-keluhan somatis itu sering dipakai sebagai alat bantu untuk pembenaran tinggal di rumah dan akan hilang begitu si anak diyakinkan ia tidak usah hadir di sekolah. Gejala khas takut sekolah pada anak adalah mual atau keluhan sakit perut saat sarapan dan ia menolak keras semua bujukan dan alasan perihal mengapa ia harus bersekolah. Kalau ketakutan itu hanya ringan saja, maka gejala ini juga cuma hadir sementara. Kalau gejala ini menetap, gejala ini bisa menjadi salah satu gangguan paling serius dalam masa kanak-kanak. Dalam beberapa kasus, gejala ini bisa bertahan sampai bertahun-tahun.

Takut sekolah bukan cuma buruk akibatnya bagi anak dan mengacaukan keluarga, tetapi juga bisa menjadi fobia sungguhan yang tidak bisa hilang-hilang dan berakibat serius terhadap segi akademis dan sosial anak.

Apa penyebabnya?

Takut sekolah umumnya dianggap berakar dari takut berada di sekolah dan cemas berpisah dari orangtua. Karena sebelum bersekolah anak mungkin tidak pernah berpisah selama dan sesering itu dari orangtuanya. Kecemasan akan berpisah merupakan penyebab utama takut sekolah.

Faktor lingkungan yang berhubungan dengan situasi di sekolah juga bisa menambah kecemasan anak. Ibu juga mungkin tidak rela melepaskan anaknya ke sekolah setiap hari. Takut kepada guru, ancaman teman-teman sekolah, diskriminasi akibat perbedaan karena keadaan ekonomi, warna kulit atau agama, pakaian yang tidak memadai, pindah ke keas atau sekolah lain atau lama tidak absen dari sekolah merupakan sejumlah masalah yang dihadapi anak di sekolah. Belum lagi kalau di rumah ia menghadapi masalah seperti merasa tidak aman, kelahiran adik, ibu dirawat di rumah sakit, orangtua melindungi secara berlebihan dan keuangan keluarga memburuk. Kemampuan mental di bawah normal, beban pekerjaan rumah, antisipasi gagal ujian dan menderita sakit merupakan sejumlah faktor yang mendukung anak ingin menjauhkan diri dari sekolah.

Bagaimana menanganinya?

Menemukan dan menghilangkan faktor penyebab timbulnya rasa takut sekolah itu bisa memecahkan masalah ini dengan sukses. Orangtua bekerjasama dengan para guru, secara bersama-sama bisa memperbaiki situasi.

Desensitisasi adalah proses terapi untuk mengurangi intensitas reaksi terhadap pengalaman-pengalaman traumatis, dengan cara berulang-ulang menghadapkan seorang anak pada pengalaman-pengalaman tersebut, tetapi yang lebih ringan, dalam realistis maupun fantasi.

Operant shaping adalah usaha memperoleh atau menghilangkan suatu prilaku sebagai hasil penerapan pemberian imbalan positif terhadap perilaku yang diinginkan dan hukuman terhadap perilaku yang tidak diinginkan.

Orangtua harus berusaha agar anak-anaknya mendapat kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan berbagai keterampilan yang relevan. Misalnya saja, anak yang bisa berenang jadi tidak akan takut air.

(Sumber: How To Shape Your Kids Better)