Penulis
Intisari-Online.com - Gambaran keluarga seperti bagaimana lagi yang cenderung bisa mempengaruhi anak-anak berperilaku negatif?
Ayah lama absen dari rumahKalau karena suatu alasan ayah lama tidak berada di rumah di tahun-tahun awal kehidupan anaknya, anak bisa menganggapnya sebagai suatu bentuk penolakan emosional. Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman atau mengganggu pada anak, yang oleh ayahnya diterjemahkan sebagai perilaku buruk. Sikap ayah ini sering berakibat timbulnya pertengkaran dengan ibu, yang bisa berakhir dengan ibu berbalik menyalahkan anak demi “keutuhan keluarga”. Ancaman untuk mengirimkan anak ke asrama/panti asuhan menghasilkan reaksi balik berupa permusuhan. Anak akan mencari pelampiasan dengan berbuat ulah, minggat, dan mencuri di rumah. Seringkali situasi ini disebabkan oleh kepribadian ayah yang cemas dan bersikap bermusuhan, tetapi bisa juga timbul di kalangan keluarga di mana orang tua sangat kukuh memegang prinsip dan terlalu serius menanggapi kalau anak berbohong atau melakukan pelanggaran ringan lain.
Ibu dipaksa menanggung tekanan yang berlebihanDalam sejumlah kasus, karena sakit atau tidak mampu bekerja, atau karena perilaku yang tidak seimbang atau kurang memberikan dukungan dalam mengurus rumah tangga, ayah menempatkan beban yang tidak wajar dan berlebihan kepada ibu. Akibatnya ibu mengalami kombinasi tekanan mental, stres fisik akibat kerja fisik yang di luar batas dan ketidakmampuan mengurus keluarganya. Akhirnya ia mudah merasa jengkel dan depresif, tahap di mana ia tidak lagi mampu bertahan. Dalam keadaan seperti ini ia akan bereaksi kasar terhadap semua yang mengganggu atau membuatnya jengkel. Ia bahkan bisa menyatakan ketidaksukaannya kepada anak, walaupun hanya sesaat.
Anak lebih menyukai nenekDi sejumlah keluarga, anak lebih menyukai neneknya daripada ibunya. Karena neneknya melindungi si anak dari sikap keras ibu yang ingin menanamkan disiplin. Nenek dianggap oleh anak sebagai lambang kebaikan dan semua yang menyenangkan. Anak menolak ibunya karena ibu adalah orang yang tidak menuruti kehendaknya, yang menuntutnya menuruti aturan dan menghukumnya. Kemudian, bila nenek atau orang lain yang menjalankan tokoh keibuan itu tidak ada lagi, tidak mudah bagi anak untuk mengubah sikapnya terhadap ibu kandungnya. Dalam situasi seperti itu, kalau ibu tidak mampu menegakkan disiplin, ada kemungkinan ia membiarkan dirinya didikte oleh si anak, demi merebut kembali kasih sayang anaknya.
Anak takut ditinggalkanDalam sejumlah kasus, anak takut ia ditinggalkan. Ketakutan untuk ditinggalkan ini bisa disebabkan karena ia anak adopsi, atau ibunya menikah kembali setelah bercerai, atau karena ayahnya meninggal. Ketakutan ditinggalkan ini bisa mengalangi anak membentuk segala macam ikatan kasih sayang dan ia bisa mengembangkan permusuhan yang herbal.
(Sumber: How To Shape Your Kids Better)