Find Us On Social Media :

1 dari 12 Remaja Gemar Menyiksa Dirinya Sendiri, dari Penyiletan hingga Bunuh Diri

By Agus Surono, Kamis, 23 Februari 2017 | 07:00 WIB

Remaja-remaja Yang Menyiksa Diri

Intisari-Online.com - Satu dari 12 orang melukai dirinya sendiri saat remaja. Begitulah temuan sebuah penelitian. Bagi kebanyakan orang, persoalan akan terpecahkan sebelum dewasa, tetapi sekitar 10 persen masih berlanjut ke masa dewasa. Remaja wanita lebih sering melukai diri dibanding lelaki dan risiko berlanjut ke dewasa lebih besar.

Penelitian itu melibatkan hampir 2,000 remaja di Australia, dan diulang dengan menyurvei mereka setelah 15 tahun. Para peneliti menemukan bahwa kecemasan, depresi, penggunakan alkohol, merokok, mengonsumsi ganja berasosiasi dengan penyiksaan-diri. Bahkan dalam bentuk yang umum mereka melakukan penyiletan atau malah pembakaran diri selama masa remaja.

Sebanyak 90% remaja itu menghentikan penyiksaan-dirinya sebelum mencapai dewasa. Namun bukan berarti bahwa penyiksaan diri itu menjadi fase seseorang sebelum beranjak dewasa. Jika tidak ditangani dengan serius bisa menjurus ke bunuh diri. Dukungan keluarga dan teman dekat amat menentukan apakah penyiksaan-diri itu bergeser menjadi bunuh diri.

"Penyiksaan diri merupakan salah satu tanda kuat menuju ke bunuh diri," kata Dr. Paul Moran dari King's College London, seperti dikutip oleh BBC. Menurut Professor Keith Hawton, direktur Pusat Penelitian Bunuh Diri, Universitas Oxford, antara 50% dan 60% orang yang meninggal bunuh diri memiliki sejarah pernah melakukan penyiksaan diri.

Kunci untuk mencegah hal itu adalah menemukan apa yang membuat anak-anak itu berani melakukan aksi nekat. Sesuatu sepertinya membuat mereka benar-benar tidak bahagia atau ketakutan. Ketika mereka tidak bisa mengatasinya, mereka akan melanjutkan untuk melukai dirinya atau, dalam kasus ekstrem, mendorong mereka untuk melakukan bunuh diri.

Membangun kedekatan dengan anak-anak kita adalah langkah mencegah hal itu.