Intisari-Online.com – Saat menikah, tentu pasangan suami-istri sudah merancang memiliki suatu keluarga: ayah, ibu, dan anak-anak. Sehingga berita kehamilan pun menjadi berita gembira. Yah, Anda akan menjadi ayah. Anak butuh ayah sebagaimana mereka butuh ibu.
Sangat mungkin calon ayah pun dilanda semacam kepanikan. Karena walau tidak harus “menggendong” janin selama 9 bulan, tetap saja mereka harus melakukan penyesuaian diri baik fisik maupun emosional. Calon ayah harus berpartisipasi sejak awal, pelajari sebanyak-banyaknya, mulai dari kehamilan, kelahiran, sampai dengan pengasuhan anak.
Jadi, apa saja yang perlu diketahui calon ayah? Mengutip dari buku Bayiku Anakku, mari kita cermati hal-hal berikut ini:
- Menghadapi kondisi fisik dan emosi selama kehamilan
- Trimester pertama. Dalam 14 minggu pertama kehamilan, ibu mengalami banyak perubahan fisik. Masa ini juga penuh pergolakan emosional sehingga suasana hati bisa berubah-ubah dengan mendadak. Perasaan suami pun bisa campur aduk. Kunci penanganannya adalah kebersamaan dan keterbukaan termasuk perihal hubungan seksual.
- Trimester kedua. Pada periode ini, level energi ibu kembali pulih, secara emosional pun sudah lebih tenang.
- Trimester ketiga. Pada periode ini kedua calon orangtua merasa tak sabar bercampur cemas dan waswas.
- Ikut mengantar memeriksakan kehamilan. Sesekali luangkan waktu menemani istri kontrol ke dokter. Bila suami ingin mendampingi istri saat ia melahirkan, diskusikan hal ini dengan dokter.
- Mendampingi selama di RS. Masa-masa ini merupakan masa di mana suami berperan sangat besar karena istri sangat membutuhkan dorongan moral, hiburan, dan kasih sayang dari suami. Konflik emosi ini dapat diatasi dengan melibatkan diri secara aktif dalam semua urusan terkait bayi. Bila diperbolehkan oleh pihak rumah sakit, tinggallah bersama ibu dan bayi sampai mereka pulang dari rumah sakit. Dengan demikian, suami tidak akan merasa sebagai orang asing yang hanya “berdiri” dan “menonton” semua yang berlangsung di hadapan mata. Suami juga belajar mengenal anak sejak awal serta melalui kebersamaan emosional yang kental bersama istri. Sungguh suatu masa yang terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja.
- Memahami pada masa nifas. Merupakan periode penyesuaian diri bagi semua pihak yang bisa terasa berat terutama bila ini anak pertama. Banyak hal yang terjadi perlu dipelajari. Tidak sedikit Ibu yang dilanda perasaan sedih, cemas, dan waswas setelah melahirkan. Pada masa ini peran suami dan ayah sangat besar dalam membantu istri dan bayi.
- Membantu saat istri menyusui. Proses menyusui merupakan proses kedekatan antara ibu dan bayinya. Namun, menyusui kadang tidak mudah dan bisa sangat melelahkan. Berbagai penelitian sudah membuktika n besarnya peran ayah dalam keberhasilan pemberian ASI. Ibu sangat membutuhkan dukungan moral dan kasih sayang, bantu istri sebanyak mungkin. Seperti, gendong bayi dan berikan ke istri untuk disusui, atau sendawakan bayi, yang walau mungkin tampaknya sepele tetapi sangat besar artinya bagi istri.
- Terlibat kerepotan di rumah. Setelah bayi dan ibu berada di rumah, sebaiknya bapak melibatkan diri dengan kesibukan mengurus.
Membangun pengaruh positif pada anak
Keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan anaknya dan intensitas interaksi antara seorang ayah dengan anaknya akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak. Beberapa cara berikut merupakan salah satu cara bagaimana ayah bisa berpartisipasi aktif dalam proses pengasuhan anak:
- Temani istri saat mengontrol bayi ke dokter terutama dalam periode usia 2 bulan pertama.
- Bina hubungan dengan tenaga medis yang menangani anak.
- Ikut mengganti popok, memandikan, menggendong dan menghibur bayi, semuanya akan mempererat hubungan batin dengan anak.
- Bila anak sudah sekolah, sesekali temui guru dan binalah komunikasi dengannya.
- Setiap hari, ayah dan ibu menyediakan waktu untuk anak. Biasanya yang paling nyaman adalah sebelum anak tidur.
- Sesekali ceritakan masa kecil Anda kepada anak sehingga anak mengenal sang ayah dan merasa dekat dengannya.