Terapi Kelompok Lebih Mengasyikkan?

Rusman Nurjaman

Penulis

Terapi Kelompok Lebih Mengasyikkan?

Intisari-online.com Bagi mereka yang mempunyai masalah kejiwaan biasanya baik itu sulit menjalin hubungan dengan orang lain atau ingin mencoba memahami diri sendiri secara lebih baik, barangkali perlu mengikuti terapi kelompok. Bagi kita di Indonesia, terapi kelompok mungkin terdengar masih asing. Padahal di beberapa negara-negara Eropa dan Amerika Utara, seperti Amerika Serikat, banyak orang yang mengikuti terapi ini karena kepincut dengan sifat pendekatannya yang tidak resmi.

Terapi kelompok merupakan suatu upaya dalam memberikan bantuan psikologis kepada sejumlah orang pada saat bersamaan. Untuk beberapa kondisi tertentu, dinamika kelompok lebih bermanfaat dibanding terapi individu.

Menurut para peneliti dari John Hopkins School of Medicine, terapi kelompok bisa bisa dibuat untuk berbagai tujuan dan bentuk masing-masing kelompok tergantung pada alasan pendiriannya. Kelompok asertif, misalnya, diadakan bagi orang yang merasa banyak kehilangan dalam hidupnya karena kurang asertif.

Dalam terapi kelompok, antar anggota satu sama lain akan menggunakan teknik-teknik seperti permainan peran. Caranya yaitu dengan menciptakan situasi yang mirip dengan situasi yang selama ini tidak dapat dia hadapi. Dengan cara inilah mereka kemudian bisa belajar dan mempraktekkan teknik yang membantunya untuk lebih asertif sehinga memperbaiki kehidupannya.

Bagi pemula, latihan terapi kelompok dengan berbagai bentuk permainan peran. Misalnya, dengan membuat bunyi, memainkan bendera, atau meniru aktivitas anak-anak di lapangan. Tujuannya untuk menurunkan kecemasan dan rasa malu dalam kelompok pemula; untuk ‘memanaskan’ suasana dalam kelompok; bisa juga untuk kembali ke masa kanak-kanak yang memungkinkan anggota menghilangkan hambatan masa dewasa.

Dinamika dalam kelompok tersebut membangtu orang memperbaiki cara menjalin hubungan dengan orang lain, atau membantunya untuk memahami diri sendiri dan emosinya.

Orang yang mengalami fobia atau kecemasan juga bisa diobati dalam kelompok dengan bantuan terapis. Hal ini memungkinkan sang penderita menjadi tidak peka terhadap apa yang selama ini membuatnya takut. Seringkali motivasi untuk sukses lebih meluap bila ada orang lain. selanjutnya, akan berkembang rasa saling percaya dan saling dukung. Konflik antar anggota juga dapat dihadapi dan ditangani.

Dalam suasana yang tampak lebih gayeng itulah sebenarnya proses ‘penyembuhan’ berbagai hambatan psikologis tengah berlangsung. Terapi yang mengasyikan, bukan? (Pustaka Kesehatan Populer)