Penulis
Intisari-Online.com - “Sebentuk rasa sedih yang datang karena cinta memberi efek yang berbeda pada degup jantung, yang membuat aliran darah yang dipompa tersendat-sendat dan tiba-tiba melahirkan sensasi ngilu pada tulang selangka”. Begitulah petikan dari penggalan buku The Anatomy of Melancholy (1621) karya Robert Burton.
Kesedihan, kepiluan hati, atau perasaan nestapa adalah salah satu masalah psikologis berupa rasa sakit yang mendalam dan dapat menimbulkan emosi yang kuat selain gejala fisik. Setiap orang pasti menyimpan atau pernah merasakan kesedihan. Ia adalah bagian dari dinamika hidup saat kesedihan dan kebahagiaan ibarat dua sisi dari mata uang yang sama. Bagaimanapun manusia, dengan segala keagungan karunia yang dianugerahkan kepadanya, adalah makhluk yang rapuh. Ada banyak alasan bagi setiap orang untuk bersedih, sebagaimana ada banyak alasan juga baginya untuk merasakan bahagia.
Kehilangan orang yang dicintai, perpisahan, hilangnya anggota tubuh atau alat indera, kehilangan pekerjaan, kematian binatang kesayangan, berada di tempat yang sama sekali asing merupakan beberapa contoh pengalaman hidup yang bisa mengundang nestapa.
Sebagaimana dikatakan Burton di atas, kesedihan juga bisa menimbulkan efek psikis dan fisik. Mulai dari mati rasa, duka yang menyakitkan, perasaan cemas dan takut yang begitu intens, kemarahan, hilangnya selera makan, penurunan berat badan, hingga insomnia. Semua itu memang tidak buruk, hanya bisa menghambat gairah hidup. Mental Anda menjadi ciut alias berada di titik nadir.
Untuk memulihkannya membutuhkan waktu. Lamanya bervariasi, tergantung pada yang bersangkutan dan situasi. Setiap orang yang bersedih perlu diberi dorongan atau sugesti yang membesarkan hati agar bisa meneruskan hidupnya. Biasanya, bila ia bisa bertahan dan melewati fase genting ini, ia akan merasa lebih kuat. Di sini harus dikemukakan, sesuatu yang telah berubah tak mungkin kembali ke semula. Langkah yang lebih praktis, barangkali bisa ditempuh dengan melakukan aktivitas yang memberi aura keceriaan: bernyanyi, mendengarkan musik, nonton film, piknik, bercengkerama dengan sahabat atau keluarga, dll. Selanjutnya? Tinggal tunggu saja. Segala nestapa itu akan segera menjadi masa lalu.
Khusus bagi anak kecil yang mengalami kesedihan, misalnya karena ditinggal orangtua atau kerabat dekatnya, membutuhkan penanganan khusus. Kenyataan yang terjadi harus dijelaskan sejauh yang dapat dipahami sang anak. Jika tidak, ia akan mencari penjelasan sendiri yang justru lebih mengganggu perkembangan mentalnya. Ia juga harus didorong untuk mengekspresikan kemarahan dan rasa bersalah. Di atas semua itu, sebagaimana orang dewasa, kehidupan sehari-hari si anak yang tengah kehilangan ini harus kembali berlanjut seperti biasanya.
Ya, apa mau dikata, the show must go on!(*)