'Psychopoetry', Terapi lewat Puisi

Rusman Nurjaman

Penulis

'Psychopoetry', Terapi lewat Puisi

Intisari-Online.com- Di negeri yang kebudayaannya lebih maju, upaya pemeliharaan kesehatan jiwa mendapat perhatian besar. Metodenya pun lebih beragam. Tak sebatas di unit-unit pelayanan kesehatan jiwa, tetapi mereka juga bisa bergabung dengan kelompok-kelompok yang terbentuk di tengah masyarakat untuk tujuan penyehatan jiwa. Salah satunya psychopoetry.

Kelompok-kelompok yang menerapkan psychopoetry ini biasanya dibimbing oleh seorang ahli jiwa. Tujuannya, mengusahakan penyembuhan lewat puisi kepada anggotanya yang mengalami masalah gangguan jiwa.

Kelompok ini tidak mempunyai tempat kumpul tetap. Kadang mereka berkumpul di sebuah kedai kopi, di rumah salah seorang anggota, di taman, atau di sebuah ruang perpustakaan. Yang penting, mereka bisa berinteraksi dengan sesamanya sekaligus menjadi bagian dari sebuah himpunan yang sifatnya spontan dan rukun.

Di tengah kelompok itu, puisi atau sajak menjadi sarana untuk penyehatan jiwa. Di Amerika Serikat, upaya ini dikenal sebagai psychopoetry atau poetry therapy. Soebagio Sastrowardoyo (alm.), penyair dan budayawan, dalam sebuah kesempatan menyebut psychopoetry segolongan dengan terapi lain lewat seni. Sebuah ikhtiar yang telah mendapat pengakuan luas di masyarakat Amerika Serikat sebagai usaha penyembuhan jiwa yang efektif. Terapi lewat seni, seperti musik, tari, drama, lukis, bahkan fotografi ini tentu tidak diniatkan untuk mengganti praktik penyembuhan jiwa oleh para psikiater. Terapi ini dilakukan sejalan dengan orientasi penyembuhan ilmu jiwa itu.

Di dalam kelompok terapi puisi, antaranggota membincangkan puisi atau sajak-sajak. Puisi itu bisa karya ahli jiwa atau terapis atau pengarang-pengarang yang sudah terkenal. Bisa pula buatan si penderita gangguan jiwa. Melalui puisi jenis pertama si penderita dapat menyadari bahwa orang lain pun, bahkan yang memimpin kelompoknya, menemui kesulitan dan harus berjuang keras untuk mengekspresikan diri.

Melalui puisi jenis kedua, pasien dapat mengindentifikasi dirinya dengan keadaan jiwa penyair yang dialami juga olehnya. Kesamaan nasib dapat memulihkan semangat hidupnya. Ia mungkin malahan akan berusaha meniru mengucapkan dirinya seperti penyair besar itu dalam sajak.

Adapun puisi yang dibuat sendiri oleh pasien berperan lebih efektif lagi dalam mengusir gangguan jiwa. Kemampuan dalam mengekspresikan dirinya dan menciptakan sesuatu terbukti membuat pasien merasa dirinya lebih utuh. Kepercayaan dirinya pulih, dan kesadaran akan harga diri dan kehormatan pribadi pun muncul kembali. Bentuk-bentuk gangguan jiwa seperti kecenderungan lekas marah, sedih, terhina, kecewa, bingung, ragu-ragu, tegang, tertekan, ingin menyendiri, dan merasa bersalah selalu, perlahan hilang lewat penulisan puisi.

Pertemuan dalam kelompok juga berperan untuk penyembuhan itu karena memudahkan proses saling mengenal dan mengenal diri sendiri. Perhatian yang sama pada puisi pun turut menciptakan hubungan yang karib dalam kelompok itu.

Mutu sastra bukan soal utama tentu saja, di sini puisi diperlakukan secara berbeda dengan di lingkungan akademis. Di sini tak disinggung mutu sastranya. Nilai-nilai estetis ataupun orisinalitas bukan perhatian utama dalam penyembuhan sakit jiwa. Gilbert A. Schloss dalam Psychopoetry, A New Approach to Selfawareness through Poetry Therapy, sebagaimana disitir Subagio, memaparkan perbedaan ini.

Di univeritas, puisi dipelajari untuk tujuan teoritis. Misalnya, terkait dengan segi-segi formal dalam puisi, atau pengetahuan tentang nilai estetik yang dikandungnya. Di kelompok ini, sajak yang dibuat sendiri oleh si penderita dipelajari terutama untuk memperoleh keterangan tentang si pasien. Pemimpin kelompok lebih langsung berhubungan dengan penulis puisi tinimbang dengan karyanya.

Perubahan dan perkembangan yang timbul dari bentuk interaksi ini biasanya tercermin dalam sajak-sajaknya. Ini menjadi bahan yang harus diteliti di dalam pertemuan-pertemuan kelompok. Terapi puisi bertujuan memudahkan pasien untuk menjelajahi perasaan dan sangkutan pikiran yang timbul dari sajak yang merangsangnya. Di sinilah puisi telah menunjukkan faedahnya yang vital bagi kemaslahatan hidup manusia.

Bagaimana dengan Anda, tertarik untuk mencoba?