Find Us On Social Media :

Sibuk, Kelelahan Jenis Baru

By Agus Surono, Senin, 6 Agustus 2012 | 17:31 WIB

Sibuk, Kelelahan Jenis Baru

Intisari-Online.com - Seberapa sering Anda menanggapi pertanyaan “Bagaimana kabar Anda?” dengan satu atau dua kata-kata ini: sibuk atau capai? Dengarlah kata-kata Shanon Hurst Lane (38) dari Zachary, LA, AS ini. “Saya merasa sehari hampir tidak cukup untuk melakukan kegiatanku." Lane, ibu dua remaja yang bekerja dalam sistem shift di departemen kebakaran setempat dan mengelola blog perjalanan merupakan ibu muda cantik khas zaman kiwari.

Art Markman, Ph.D., psikolog di youbeauty, menyatakan bahwa fenomena orang-orang merasa sibuk saat ini disebabkan oleh sedikitnya waktu seseorang untuk berkontemplasi. “Kita tidak pernah merasa sendirian atau terputus dengan dunia sehari-hari. Jika Anda membaca novel dari abad ke-19, Anda bisa memperhatikan bahwa orang-orang masih bisa berjalan-jalan di taman, duduk di kamar tamu membaca, dan mereka memiliki waktu banyak untuk aktivitas menyegarkan badan. Namun, sekarang kita tidak bisa melakukan hal itu lagi,” kata Markman.

Laura Vanderkam, penulis buku “168 Jam: Anda Memiliki Lebih Banyak Waktu Dari yang Anda Pikirkan” mendukung pemikiran itu. “Kita tidak punya cukup waktu untuk melakukan hal-hal yang bisa menyegarkan kembali pikiran kita – berolahraga, berjalan-jalan ke luar rumah, menekuni hobi. Kita terlalu sibuk, dan melupakan kegiatan penyegaran sehingga berakhir pada kondisi yang lelah. Begitu sibuk dan lelah berakhir pada hal-hal yang sama.”

Markman menambahkan bahwa hari-hari kerja telah memberi beban Rutinitas yang tak berbeda antara di tempat kerja dan rumah telah membuat tubuh merasa letih. “Di tempat kerja kita menatap layar komputer, dan begitu di rumah kita menatap layar yang lain. Bisa televisi, ponsel pintar, atau sabak digital."

Yah, saat ini kita seperti diperangkap oleh teknologi. Kotak surat seperti sebuah slot mesin kecil. "Selalu ada yang baru yang menunggu dan sulit untuk tak kecanduan untuk buru-buru melihatnya,” kata Vanderkam.

Bayangkan bila kita bisa bilang ke seseorang, "Oh, saya tidur sampai jam 10 siang dan makan siang dengan nikmat sekali. Hal itu sangat mustahil dilakukan di hari kerja. Kita menghargai orang yang sibuk. Dalam kata lain, kita menjadi terkondisikan untuk percaya bahwa sibuk sinonim dengan penting."

Lalu, bagaimana kita bisa lari dari kesibukan atau kelelahan ini dan menemukan penyegaran diri dan kebahagiaan sejati di hari-hari kita? “Lebih kuat dari mesin,” kata instruktur yoga David Romanelli. Ia sedang melakukan misi untuk membantu orang agar sadar akan waktu-waktu sedih dan sakral setiap hari. “Jika seseorang berkata kepadamu, 'Kamu tidak akan pernah mengingat hari ini untuk sisa hidupmu,' bukankah itu sangat menyedihkan? Temukan waktu untuk menghargai dan menikmati setiap hari.”

Strategi Romanelli adalah memanfaatkan waktu untuk menampung hal-hal yang menyenangkan, indah, dan lucu. Melihat matahari tenggelam, mendengarkan musik jalanan, menikmati sepotong cokelat, dan tertawa terbahak-bahak.

Lane mengakui bahwa kadang-kadang ia "puasa" Facebook dan Twitter. “Itulah satu-satunya cara saya bisa beristirahat dari kegilaan. Di antara itu, dan banyak aktivitas di malam hari, saya mencoba untuk tetap bijak,” kata Lane.

Dalam kehidupan 24/7, mengisi ulang daya tubuh lebih penting dari semuanya. Ambil waktu untuk melepaskan rutinitas, mengosongkan pikiran, dan beristirahat secara teratur.