Find Us On Social Media :

Mengatasi Depresi Jangan Bergantung Institusi

By Ade Sulaeman, Rabu, 3 April 2013 | 06:00 WIB

Mengatasi Depresi Jangan Bergantung Institusi

Intisari-Online.com - Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagian besar penderita depresi baru menyadari dirinya mengalami depresi setelah berada pada fase kronis. Dalam kondisi yang dapat dikatakan terlambat itu, jumlah penderita yang memiliki akses untuk perawatan kurang dari 25 persen.

Bila dikaitkan dengan Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka tersebut menjadi wajar mengingat jumlah penderita gangguan jiwa tidak sebanding dengan jumlah institusi yang bisa dijadikan rujukan. Belum lagi masalah kesadaran masyarakat yang rendah.

Untuk itu, menurut Nathanael E. J. Sumampouw, psikolog klinis dari Universitas Indonesia, cara paling efektif adalah melalui program community based. Melalui program ini, masyarakatlah, dalam hal ini orang-orang terdekat dari penderita, yang menjadi tumpuan utama dalam menangani penderita depresi. Tentunya yang masih pada tahap ringan, sehingga belum terlalu membutuhkan profesional kesehatan jiwa.

Peran masyarakat juga dianggap Nael, sapaan Nathanael, lebih efektif untuk membantu penyembuhan penderita depresi, karena melibatkan kontak sosial. “Sumber dukungan terbaik untuk upaya penyembuhan ada pada kontak sosial,” ujar Nael. Menjadi pendengar yang baik dan mampu memberikan dorongan secara positif merupakan pertolongan pertama yang paling efektif yang bisa dilakukan ketika seseorang yang mengalami depresi tiba-tiba ingin bercerita.

Jika, pada akhirnya peran pihak profesional dibutuhkan, Kementerian Kesehatan dan Yayasan Pulih (@YayasanPulih) bisa menjadi pilihan tujuan. Itupun tidak harus berupa konsultasi personal. Bisa saja para penderita ini dikumpulkan dalam suatu acara tentang cara-cara mengenali dan mengatasi depresi. Agar dia tidak merasa hanya dirinya saja yang depresi.