Intisari-Online.com – Depresi yang sering dirasakan oleh kebanyakan orang bisa disebabkan oleh trauma, masalah keuangan, perasaan sedih atau karena sedang menganggur. Namun, ada kalanya juga meski kita tidak mengalami masalah serius, depresi pun bisa menghantui.
Hanya saja, meski kita bisa saja tertekan karena beberapa hal yang tak terduga, health memaparkan pemicu depresi yang tak terduga tersebut.
- Terlalu banyak mengakses Facebook
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu di ruang bual atau jaringan sosial, berhubungan dengan depresi terutama pada remaja dan praremaja. Pecandu internet biasa berjuang keras untuk dapat berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata dan kemampuan mereka untuk mendapatkan teman sejati mungkin menurun. Mereka mungkin memiliki pandangan yang realistis dari kehidupan di dunia. Beberapa ahli menyebutkan sebagai ‘depresi Facebook’.Dalam sebuah penelitian 2010, peneliti menemukan sekitar 1,2 persen orang berusia 15 – 51 tahun yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk
online, memiliki tingkat sedang hingga parah depresi yang lebih tinggi. Namun, para peneliti mencatat bahwa tidak jelas apakah penggunaan internet yang berlebihan menyebabkan depresi atau depresi menyebabkan orang lain cenderung menggunakan internet lebih sering.
Gangguan afektif musiman paling sering dikaitkan dengan penyakit musim dingin yang mempengaruhi sekitar lima persen orang di Amerika. Bentuk depresi yang disebabkan oleh cuaca panas dialami oleh kurang dari satu persen orang. Menurut Dr. Alfred Lewy, seorang profesor psikiatre di Oregon Health dan Science University di Portland, depresi karena cuaca panas muncul ketika tubuh mengalami penyesuaian untuk musim baru. Tubuh kesulitan menyesuaikan diri dengan cuaca karena ketidakseimbangan dalam kimia otak dan hormon melatonin.
- Akhir dari film atau acara TV
Pada beberapa orang, depresi bisa dipicu karena akhir sesuatu yang penting, termasuk film dan acara TV. Pada tahun 2009, beberapa penggemar film Avatar dilaporkan merasa depresi bahkan berusaha bunuh diri karena mengalami risiko dari kehidupan di dunia fiksi yang tidak nyata. Reaksi ini mirip dengan akhir sekuel Harry Potter. Saat menonton film, orang cenderung mengalami kesulitan, terutama dalam hal berhubungan dengan orang lain, jelas Emily Moyer Guse, asisten profesor komunikasi di Ohio State University di Columbus.
Menurut beberapa psikolog, banyak pilihan yang tersedia dalam bentuk kebutuhan makanan atau barang-barang rumah tangga. Bukan masalah bagi pembeli yang memprioritaskan kebutuhan mereka. Tapi, bagi orang-orang yang merespon hal ini dengan meninjau beragam pilihan lebih banyak untuk mendapatkan barang-barang terbaik, dapat memicu depresi. Penelitian menunjukkan bahwa pilihan seseorang dikaitkan dengan perfeksionisme dan depresi.
Rendahnya asupan asam lemak omega-3 yang ditemukan dalam minyak ikan, salmon, dan sayuran, berisiko lebih besar mengalami depresi. Sebuah penelitian di Finlandia tahun 2004 menemukan hubungan antara lebih sedikit ikan dan terjadinya depresi pada wanita, tapi tidak pada pria. Asam lemak bisa mengatur
neurotransmitter seperti serotonin yang berhubungan dengan depresi. Suplemen minyak ikan dapat membantu orang yang menderita depresi dari gangguan bipolar.
- bersambung -