Intisari-Online.com - Gangguan jiwa akan bermanifestasi pada gejala perilaku, perasaan dan pikiran. Akibatnya penderitanya bisa saja mengalami diabilitas (impairment) dan disfungsi (dysfunction) pada kehidupan pribadi dan sosialnya. Dari gangguan ringan sampai berat, yang jelas kualitas hidupnya menurun.Gangguan yang banyak terjadi di masyarakat sifatnya ringan saja. Tapi jumlahnya lumayan, yakni 30% atau 1 di antara 3 orang.Masalahnya, tak semua orang sadar kalau gejala-gejala yang timbul dalam dirinya itu dilatarbelakangi problem kesehatan jiwa. Karena memang mereka tidak tahu.Mereka yang mengalami gangguan jiwa ringan sebenarnya menunjukkan gejala-gejala psikiatri pada perasaan, perilaku, dan pikirannya. Hanya saja masih bisa dikendalikan atau diadaptasi dengan cukup baik.Kualitas hidupnya juga sudah berubah, meski belum tampak nyata. Wujudnya, bisa depresi atau cemas.Meski sifatnya ringan, depresi perlu diwaspadai karena menjadi salah satu sumber utama terjadinya gangguan jiwa berat. “Kalau tak segera diatasi, level gangguan jiwanya bakal naik,” terang Fidi tanpa bermaksud menakut-nakuti.Contohnya pada orang yang malas-malasan bekerja dengan kondisi tertentu. Bisa jadi dia depresi ringan, cuma gejalanya tidak kelihatan. Karena takut tidak masuk, akhirnya dia ke dokter dan berobat dengan keluhan sakit kepala.Dia tak mungkin beralasan tidak masuk kerja karena depresi. Bisa-bisa dia dipecat. Dengan kata lain, ia berlindung agar kondisinya bisa diterima.“Apabila itu yang terjadi, sebenarnya tubuh sudah memunculkan early warning system bahwa jiwanya sedang bermasalah,” ujar Nathanael E. J. Sumampouw, M.Psi. psikolog klinis dari Universitas Indonesia.