Agar Anak Berani Berpendapat (2): Curahkan Waktu Berkualitas untuk Anak

Birgitta Ajeng

Penulis

Agar Anak Berani Berpendapat (2): Curahkan Waktu Berkualitas untuk Anak

Intisari-Online.com -Agar anak mau diajak berbicara banyak hal, orang tua tentu wajib mencurahkan waktu yang berkualitas bersama anak. Ini untuk membangun kedekatan dengan anak. Bisa melalui, misalnya. kegiatan memancing atau berolahraga bersama."Sebuah sarana di mana kita bisa saling bertukar ide," ujar Irwanto, Ph.D., pakar psikologi perkembangan asal Universitas Atmajaya, Jakarta.Namun, seerat apa pun pengertian dibangun, orang tua tak selalu bisa meluluskan permintaan anak. Persoalannya bagaimana ketidaksetujuan ini ditangkap anak secara baik, dan tak terjebak dalam sikap otoriter orang tua?"Di sini terus terang garisnya abu-abu. Kita enggak bisa tegas-tegas amat. Soalnya, anak balita kalau menginginkan sesuatu engak bisa kita ajak bicara secara logis 100%.Tetapi paling tidak, kesempatan itu sudah ada," kata Irwanto.Maka begitu orangtua memutuskan sesuatu yang menurut mereka paling baik, pada awalnya anak pasti ada rasa enggak enak. Tetapi kalau itu sering dilakukan, anak akan mulai berpikir, orang tua saya begini tentu punya alasan. Pertimbangkan itu kendati tak 100% logis buat dia, tapi ia tahu maksudnya bahwa paling tidak hal itu tidak jahat. Yang lebih penting adalah anak akhirnya tahu orang tuanya tidak menutup komunikasi.Pada sebuah seminar juga disinggung soal penanaman nilai-nilai demokrasi pada anak. Di situ ditegaskan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan demokrasi pada anak terletak pada pola asuh yang dikembangkan di lingkungan keluarga.Peranan ibu amat diperlukan untuk menciptakan suasana demokratis dalam keluarga. Apalagi seorang ibu merupakan sosok orangtua yang menjadi panutan bagi anak-anak, sehingga tak berlebihan bila keberhasilan penanaman nilai-nilai demokrasi mereka antara lain tergantung bagaimana upaya ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak di lingkungan keluarga.Pakar filsafat agama Dr. Komaruddin Hidayat memandang perlunya pemahaman dari pada orangtua tentang perbedaan pola asuh tradisional dengan pola asuh zaman modern. Dulu anak-anak diasuh dalam pola komunalistik. Tetapi kini dengan beragam pola asuh.Komunikasi dalam keluarga yang demokratis akan berhasil, bila masing-masing anggotanya berinteraksi dalam suasana dialogis. Salah satu nilai demokratis yang harus ditanamkan pada anak sejak dini adalah keterbukaan. Keterbukaan menjadi salah satu cara terbaik mendidik anak.Beberapa kesalahan, disadari ataupun tidak, sering dilakukan orangtua terhadap anak. Misalnya, ketika seorang anak tidak mau ditinggal orang tuanya ke kantor. Maka kebanyakan yang dilakukan oleh orang tua adalah tipu daya.Dengan begitu anak-anak justru terhambat untuk menjadi pribadi mandiri. Sebenarnya mereka butuh penjelasan dan pengalaman apa adanya. Sehingga mereka dapat mengetahui bahwa orangtua dan anak-anak tidak bisa selalu bersama-sama.Namun dalam menyampaikan penjelasan kepada anak, orangtua harus memperhatikan tingkat pemahamannya. Penjelasan yang diberikan harus langsung, terbuka, meyakinkan, dan optimistis.Menurut sosiolog Prof. Dr. Sarjono Jatiman, dalam kehidupan keluarga modern dan demokratis, dituntut adanya pola komunikasi baru sebagai sarana interaksi antara orang tua dan anak. Setiap keluarga bisa memanfaatkan situasi yang unik, baik di meja makan, ketika nonton televisi.atau suasana lain yang bisa dikembangkan, agar terjadi komunikasi antara anggota keluarga.-bersambung-