Penulis
Intisari-Online.com - Sebagian besar dari kita mungkin pernah mengalami momentum, di mana memori positif lebih diingat, sementara memori negatif perlahan terlupakan.Misalnya, setelah berlibur, kita akan cenderung mengingat hari-hari bahagia dan orang-orang yang kita temui, ketimbang mengingat harus menunggu berjam-jam karena keterlambatan jadwal.
(Baca juga:Pertajam Memori Kala Tidur!)Para peneliti mengungkap, ingatan tentang hal positif bisa membantu manusia menjadi bahagia dan fleksibel saat menghadapi masalah. Sementara, ahli psikologi mengatakan, mempertahankan dan terus mengingat memori positif dan melupakan memori yang negatif atau buruk, membantu kita mengatasi keadaan yang tidak mengenakkan dan memberikan pandangan positif terhadap kehidupan. Pemikiran tentang "memori negatif yang lebih cepat hilang" sendiri muncul pertama kali sekitar 80 tahun lalu. Di tahun 1930-an, psikolog mengumpulkan berbagai peristiwa kehidupan seperti liburan dan menandainya sebagai peristiwa yang menyenangkan atau sebaliknya.(Baca juga:Melamun itu Baik untuk Pikiran?)Beberapa minggu kemudian, para peneliti pun diminta untuk mengingat kembali memori mereka. Dari kejadian yang tidak mengenakkan, hampir 60 persen di antaranya terlupakan. Berkebalikan, hasil menunjukkan bahwa memori positif lebih diingat. Hal tersebut terlihat dari hanya 42 persen memori positif yang sirna. (BBC Indonesia)