Find Us On Social Media :

Perawatan Rambut Sebelum dan Sesudah Mewarnai Rambut (1)

By Birgitta Ajeng, Kamis, 15 Mei 2014 | 10:00 WIB

Perawatan Rambut Sebelum dan Sesudah Mewarnai Rambut (1)

Intisari-Online.com - Asalkan pede dan suka, mewarnai rambut boleh-boleh saja dilakukan. Hanya, soal perawatan rambut sebelum dan setelah mewarnai rambut perlu diperhatikan agar rambut tak semakin rusak.

Meski tanpa survei yang serius, Suci Rahayu, trainerdi Rudy Hadisuwarno Academy, berani menyatakan bahwa rambut orang Indonesia yang masih alami dan belum diwarnai, hanya berkisar 20%. Rerata pada umumnya sudah terkena polesan aneka pewarna rambut.

Maklum, ini memang zamannya rambut tidak melulu berwarna hitam. Sedikit diberi sentuhan warna pada sisi tertentu, total berubah warna, atau bahkan warnanya berselang-seling; rasanya masih pantas-pantas saja.

(Baca juga: Ini Cara Mendapatkan Rambut Sehat Buat Perempuan Berhijab)

Masalahnya, tidak semua orang menyadari bahwa ketika rambut sudah bersentuhan dengan proses dan bahan kimia, ia harus mendapat perhatian dan perawatan ekstra ketimbang biasanya. Kalau tidak, dampak terburuk bisa muncul kebotakan. Waduh!

Pastikan sehat

Manusia mewarnai rambutnya, sebenarnya sudah terjadi sejak berabad-abad lalu. Hanya saja, ketika itu pewarna yang digunakan berasal dari alam, seperti henna (Lawsonia inermis), nila, dan kunyit. Pewarna sintetis baru ditemukan pada 1860 dari reaktivitas PPD (p-phenylenediamine) dengan udara.

Mau pakai pewarna dari jenis apa pun, yang pasti rambut dan kulit kepala mesti sehat dulu. Bahkan jika Anda tidak yakin dengan kesehatan rambut dan kulit kepala, sebaiknya berkonsultasi dulu ke dokter kulit untuk diperiksa dan diobati. Sebab, pewarnaan rambut melibatkan penggunaan bahan kimia yang mampu menghapus, mengganti, atau menutupi pigmen alami di dalam batang rambut.

Penggunaan bahan kimia ini tentu saja bisa menyebabkan berbagai efek samping. Mulai dari iritasi kulit dan alergi sementara, kerusakan rambut, hingga perubahan warna kulit. Apalagi kalau kita gonta-ganti produk pewarna. “Efek samping dari berbagai produk mengakibatkan patahnya batang rambut. Pada kasus yang ekstrem, botak,” terang dr. Dian Pratiwi, Sp.KK., spesialis kulit dan kelamin di Erha Clinic, Kemanggisan, Jakarta Barat.

Iritasi kulit dan alergi, misalnya. Dian bertutur, pada individu tertentu penggunaan pewarna rambut menimbulkan reaksi alergi atau iritasi kulit. Gejala reaksi mudah kita kenali. Contohnya, kemerahan, bengkak, gatal, perih, rasa terbakar hingga basah dan lepuh. Sayangnya, gejala tersebut kadang-kadang tidak langsung terlihat. Biasanya timbul setelah beberapa jam, bahkan sehari kemudian. Serangan ini tidak tanggung-tanggung, karena gejala bisa meluas hingga kulit sekitar kulit kepala atau wajah. Pada beberapa kasus bahkan bisa meluas ke seluruh tubuh.

(Baca juga: Mengapa Bayam Sangat Baik untuk Dikonsumsi?)

Lauren Thomas, 16 tahun, contohnya. Seperti dikutip dari Daily Mail, wajah dan kepala perempuan asal Inggris ini membengkak usai mewarnai rambut. Saking parahnya, satu matanya sampai tak bisa terbuka. Diagnosis dokter menyebutkan, dirinya mengalami reaksi alergi terhadap bahan kimia pewarna rambut tersebut.