Penulis
Intisari-Online.com - Ternyata,Indonesia punya banyak orang gemuk, yang jika ditotal, berjumlah lebih dari 40 juta orang dewasa. Hal tersebut bahkan setara dengan jumlah penduduk Jawa Barat, sebuah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar, yang semuanya berisiko menderita beragam penyakit degeneratif, seperti diabetes, serangan jantung, stroke, hingga kanker.Jumlah orang dewasa gemuk ini bahkan dipastikan terus naik, seiring dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat dan bertambahnya jumlah penduduk usia produktif. Mereka terdiri dari orang yang baru kelebihan berat badandibandingkan berat badan standar sesuai tinggi tubuh dan yang sudah masuk kategori obesitas.”Modernisasi membuat asupan kalori masyarakat tak seimbang,” kata Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Ekowati Rahajeng. Padahal, seperti kita tahu, obesitas meningkatkan risiko penyakit diabetes, jantung, stroke, dan kanker.Masyarakat Indonesia sendiri terbiasa mengonsumsi karbohidrat berlebih. Nasi tetap menjadi makanan utama, sedangkan mi, ubi, dan roti sebagai makanan selingan. Apalagi konsumsi sayur dan buah amat rendah, meskipun Indonesia adalah bangsa agraris. Kondisi itu bersamaan dengan meningkatnya konsumsi makanan olahan dan siap saji tinggi lemak, garam, dan gula.Bukan cuma IndonesiaMemang,Indonesia punya banyak orang gemuk, namun kegemukan ternyata bukan hanya masalah Indonesia. Sebuahriset dari Institut Pengukuran dan Evaluasi Kesehatan (IHME) Amerika Serikat, yang dimuat dalam jurnal The Lancetmenyebutkan, jumlah orang gemuk di dunia naik dari 875 juta orang pada 1980 menjadi 2,1 miliar orang pada 2013.Itu artinya hampir sepertiga penduduk bumi kegemukan. Di negara berkembang, jumlah perempuan gemuk lebih banyak dibandingkan laki-laki. ”Perempuan di negara berkembang dituntut mampu mengerjakan banyak hal, bekerja sambil mengurus keluarga. Itu membuat mereka tak punya banyak waktu mengelola berat badan,” kata pakar kesehatan global IHME, Prof Ali Mokdad, kepada BBC.Sebaliknya, di negara maju, laki-lakilah yang justru lebih banyak obesitas. Pemicunya antara lain, kurangnya aktivitas fisik. Permukiman yang melebar ke luar kota membuat waktu tempuh dari rumah ke tempat kerja lebih lama. Waktu luang digunakan untuk hobi yang tak butuh banyak aktivitas fisik. ”Modernisasi dan teknologi membuat aktivitas fisik turun,” kata Hermann Toplak, presiden terpilih Asosiasi Eropa untuk Studi Obesitas (EASO).Dalam riset IHME, merujuk Riset Kesehatan Dasar 2007 dan 2010, Indonesia bahkan masuk 10 besar negara dengan orang gemuk terbanyak. Ini artinya, Indonesia punya banyak orang gemuk.Menurut Riskesdas 2013, prevalensi orang gemuk lebih besar.(MZW/Kompas)