Penulis
Intisari-Online.com - Saat ini, hampir semua ibu hamil malah ingin di-ultrasonografi (USG) saat kontrol rutin. Belum lagi dengan berkembangnya teknologi yang menjadikan teknik USG jadi beragam. Padahal, perlu diingatkan kembali, USG hanya alat bantu dalam melakukan diagnosis dan tindakan medis. Bahaya di balik keseringan USG pun bisa merugikan si bayi.USG sendiri adalah suatu alat dalam dunia medis yang memanfaatkan gelombang ultrasonik. Ini merupakan jenis gelombang suara dengan frekuensi tinggi, bahkan lebih dari 20.000 Hz. Panjang gelombang mesin USG ada yang sudah mencapai 0,1-1,5 mm. Semakin pendek gelombang suara, maka ketajaman (resolusi) gambar yang dihasilkan semakin baik.Gelombang frekuensi tinggi tadi jika mengenai sel tubuh dalam jangka lama akan membuat sel itu rusak. Situasi ini bisa saja terjadi manakala alat USG dioperasikan oleh mereka yang tidak ahli atau tidak memiliki sertifikat kompetensi USG. Coba bayangkan bahaya di balik keseringan USG bila sel yang rusak itu adalah sel otak!"Jadi, penggunaan USG ada aturan mainnya. Pun harus dilakukan oleh dokter yang bersertifikasi," kata dr Judi Januardi Endjun, SpOG, dari Departemen Obstetri dan Ginekologi RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.Di samping bahaya di balik keseringan USG berupasel rusak tadi, perlu dipikirkan juga soal biaya. Jika ternyata cukup menggunakan USG yang sederhana, mengapa harus menggunakan USG yang canggih? Semisal jika pemeriksaan cukup dengan USG dua dimensi (2D), mengapa harus menghambur-hamburkan uang ratusan ribu bahkan hingga jutaan rupiah untuk dilakukan pemeriksaan USG tiga dimensi (3D) atau yang lebih canggih lagi Live 3D? (Pernah ditulis di Majalah Intisari Ekstra Mei 2014)