Penulis
Intisari-Online.com - Jangan sepelekan kemampuan indera penciuman yang berkurang, semisal kita tidak terdoga lagi tergoda wangi parfum ataupun sedapnya aroma makanan. Ada kemungkinan kita menderita penyakit serius.
Penelitian baru menemukan pria dan wanita yang kehilangan ketajaman indera penciuman lebih rentan enam kali untuk meninggal dalam lima tahun ke depan.
Ketidakmampuan mengidentifikasi ikan, mawar, kulit, jeruk, dan pepermint, lima aroma yang digunakan dalam penelitian, dapat memprediksi kematian dalam lima tahun.
Temuan ini memang aneh dan mengejutkan namun penciuman yang buruk menaikkan risiko kematian lebih dari penyakit medis termasuk kanker. Itulah yang menyebabkan kita jangan menyepelakan kemampuan indera penciuman yang berkurang.
Peneliti dari Amerika Serikat mengatakan, memburuknya penciuman tak secara langsung menyebabkan kematian. Berkurangnya penciuman itu merupakan peringatan dini atas sesuatu yang berjalan tak semestinya. Mereka percaya bahwa uji penciuman sederhana bisa digunakan untuk mengidentifikasi lansia yang paling berisiko mengalami kematian dini.
"Dari semua indera manusia, penciuman termasuk paling diremehkan, sampai penciuman itu hilang," ujar Jayant Pinto, peneliti dari University of Chicago.
Para ahli dari Inggris memperingatkan masyarakat untuk tidak panik. Menurut mereka, diperlukan riset lebih jauh untuk mengonfirmasi kebenaran penelitian tersebut.
Riset yang pertama meneliti penciuman dan kematian ini melibatkan lebih dari 3.000 pria dan wanita usia 57 dan 58. Mereka diminta menjalani tes penciuman tiga menit. Mereka diminta mencium wangi yang diberikan lewat peralatan yang mirip ujung pena dan diberikan empat jawaban yang mungkin. Mereka menjalani tes ini selama lima kali. Wewangian yang diberikan diurutkan dari yang mudah ke sulit, pepermint, ikan, jeruk, mawar, dan kulit.
Sebagian besar pria dan wanita itu paling tidak menjawab empat pertanyaan dengan benar. Itu artinya, mereka memiliki penciuman normal. Hampir 20 persen hanya mengidentifikasi dua atau tiga. Ini menandakan sedikit berkurangnya penciuman. Sekitar 3,5 persen hanya menjawab satu dengan benar atau salah semua. Mereka ini dikatakan menderita anosmic atau kehilangan penciuman sama sekali.
Lima tahun kemudian, 430 pria dan wanita itu meninggal. Mereka yang gagal dalam tes tersebut sekitar enam kali lebih berisiko meninggal dibandingkan mereka yang memiliki penciuman sehat. Begitu kata penelitian yang dimuat di jurnal PLOS ONE.
"Menurut kami, kehilangan penciuman itu seperti burung kenari di tambang batu bara. Kehilangan penciuman tak secara langsung menyebabkan kematian, melainkan pertanda, petunjuk dini akan sesuatu yang salah di tubuh kita," kata Dr. Pinto.
Satu kemungkinannya adalah kesehatan saraf penciuman yang membawa informasi bebauan dari hidung ke otak yang merupakan tanda kesehatan secara keseluruhan. Kalau saraf itu menjadi tua, rusak, dan tak dapat memperbaiki dirinya sendiri, tubuh dan otak juga akan rusak.
Penjelasan yang mungkin lainnya adalah keberadaan infeksi, racun, dan polutan yang terhirup merusak indera penciuman sebelum merusak otak dan tubuh. "Polusi bisa memengaruhi jantung, paru-paru, dan otak lalu menyebabkan terjadinya kematian dini," kata Pinto.
Jadi, jangan pernah sepelekan kemampuan indera penciuman yang berkurang. (kompas.com)