Intisari-Online.com - Bukan tanpa alasan penyakit jantung kerap populer dengan julukan silent killer. Data menunjukkan, setidaknya sebanyak 30 persen serangan jantung tidak memiliki gejala dan berakhir dengan kematian. Apalagi, banyak juga gangguan kesehatan seperti "masuk angin" atau "angin duduk" yang sebenarnya adalah serangan jantung. Sebuah penelitian di Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 1980-an menunjukkan, ketika orang-orang yang merasa masuk angin diperiksa, sesungguhnya 30 persen di antara mereka terkena serangan jantung koroner. Masyarakat Indonesia sendiri banyak mengalami penyumbatan pembuluh darah koroner arteri LAD (left anterior descending). Dalam prosesnya, pembuluh darah itu menuju ke bagian depan dan bawah jantung, yang mengakibatkan penderitanya merasa seperti "masuk angin". "Angin duduk itu adalah bahasa awam, yang dirasakan seperti masuk angin berat. Biasanya dikerik atau dipijat gejalanya tidak hilang. Sebetulnya itu kena serangan jantung," kata dr.Jetty Sedyawan, Sp.JP (K), dari Yayasan Jantung Indonesia.Serangan jantung yang tidak disadari itu akan menimbulkan komplikasi pada 1-2 jam pertama berupa gangguan irama jantung. "Sudah ada penyempitan di pembuluh darahnya lalu gangguan listrik jantung, akibatnya jantung tidak berdenyut tapi hanya bergetar saja sehingga tidak ada pasokan ke otak. Terjadilah kematian mendadak," paparnya.Jetty mengatakan, 90 persen kematian mendadak disebabkan karena jantung. "Gangguan irama jantung bisa disebabkan karena berbagai sebab, misalnya stres atau kurang elektrolit. Tapi sifatnya sementara. Nah, pada serangan jantung gangguan irama ini berbahaya," ujar dokter yang menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.Gejala bervariasiGejala serangan jantung memang bervariasi, tetapi secara umum, tanda utama yang perlu diwaspadai adalah rasa sakit pada bagian dada yang hebat dan bertahan lama, rasa nyeri yang menyebar melampaui dada ke bahu kiri dan lengan, ke punggung, bahkan ke gigi dan rahang. Napas pun terasa sesak.Serangan jantung juga bisa didahului serangan angina (perasaan berat atau sesak), tapi bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan sebelumnya. Selain itu, serangan jantung juga menimbulkan kerusakan pada otot jantung karena kehilangan pasokan darah. Di sini, waktu pun akan jadi sangat berharga. Pasalnya, semakin lama penderita dibawa ke rumah sakit, maka semakin berkuranglah pasokan darah yang dibutuhkan tubuh. (Kompas)