Find Us On Social Media :

Electromuscle Stimulation (EMS), Tren Olahraga yang Tengah Digemari Masyarakat Urban

By Axel Natanael Nahusuly, Selasa, 18 November 2014 | 15:00 WIB

Electromuscle Stimulation (EMS), Tren Olahraga yang Tengah Digemari Masyarakat Urban

Menurut dr Zaini K Saragih SpKO, dokter spesialis kesehatan olahraga, metode EMS bukan merupakan hal yang baru. Pasalnya, metode ini sudah lama dikenal di dunia Barat. Awalnya, EMS ditemukan berdasarkan riset yang dilakukan di Uni Soviet. Setelah penelitian tentang EMS di Uni Soviet berhasil dilakukan, metode ini pun segera dipraktikkan untuk keperluan olahraga, misalnya senam. Namun, ujar dr Zaini, pada dasarnya metode EMS awalnya digunakan untuk keperluan medis, salah satunya untuk para penderita stroke dan keperluan fisioterapi."Dahulu tercetusnya memang di Uni Soviet. Sudah ada sejak lama, tapi karena di Uni Soviet penelitian itu sifatnya tertutup, tidak banyak yang tahu bagaimana prosesnya. Setelah Uni Soviet pecah, baru penelitian itu dilakukan lagi di Jerman dan akhirnya dikenal luas, dengan produsennya Miha Bodytec itu," ujar dr Zaini kepada KompasFemale. Untuk kebugaran dan olahraga, alat EMS banyak dimanfaatkan dalam pembentukan otot, pembentukan struktur otot, menurunkan berat badan, dan kebugaran. Selain itu, metode EMS juga bisa dilakukan agar penuaan yang terjadi pada tubuh terproses dengan baik. Nah, lalu bagaimana sebenarnya cara kerja alat EMS? Pada dasarnya, mesin EMS adalah mesin elektronis yang mengalirkan aliran listrik melalui kabel-kabel yang melakukan kontak dengan otot-otot sang pemakai, biasanya pemakai mengenakan rompi yang dilengkapi kabel-kabel. Dengan EMS, otot yang lemah akan terstimulasi untuk bergerak. Dr Zaini mengungkapkan, berolahraga dengan alat EMS bukan berarti Anda tidak perlu olahraga lainnya lagi karena harus pula disertai dengan latihan lain untuk mendukung pembentukan serta pengencangan otot.

Selain itu, dalam penggunaan alat olahraga yang tengah digemari masyarakat urban ini pun tidak boleh terlalu lama karena malah akan menimbulkan risiko yang membahayakan. Jadi, penggunaannya dibatasi hanya 20 menit. "Kalau berlebihan, jadinya ada ketidakefisienan penggunaan dan gerak otot, misalnya, kalau mau bergerak, otot yang digerakkan katakanlah lima bagian. Namun, karena terstimulasi alat, jadinya 10 yang bergerak. Itu kan tidak efisien," ujarnya. (Kompas)