Find Us On Social Media :

Tahun 2050, 10 Juta Orang per Tahun Meninggal Karena Resisten terhadap Antibiotik

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 17 Desember 2014 | 11:00 WIB

Tahun 2050, 10 Juta Orang per Tahun Meninggal Karena Resisten terhadap Antibiotik

Intisari-Online.com – Tahun 2050 diperkirakan 10 juta orang per tahun meninggal karena resisten terhadap antibiotik. Pemerintah Inggris telah menemukan bahwa resistensi terhadap antibiotik dapat menjelaskan 10 juta kematian per tahun dan memberi produk domestik bruto sebesar 2,0 menjadi 3,5 persen pada tahun 2050.

Review on Antimicrobial Resistance mengatakan operasi yang telah meluas dan berisiko rendah berkat antibiotik, seperti operasi caesar, bisa menjadi lebih berbahaya tanpa tindakan segera. Review yang  diumumkan oleh Perdana Menteri Inggris David Cameron ini dipimpin oleh Jim O’Neill, mantan kepala ekonomi di bank investasi AS Goldman Sachs, termasuk ahli kesehatan masyarakat senior Inggris.

Ditemukan daerah dengan jumlah kematian tertinggi karena resistensi antimikroba adalah Asia dengan 4,7 juta, diikuti Afrika dengan 4,1 juta, sementara akan ada sekitar 390 ribu di Eropa dan 317 ribu di Amerika Serikat.

Sebagai perbandingan, Review memperkirakan bahwa pembunuh terbesar kedua, kanker, akan menjelaskan 8,2 juta kematian per tahun pada tahun 2050.

Efek merusak dari resistensi antimikroba telah terlihat di seluruh dunia. Ini mengingatkan bahwa resistensi obat tidak jauh dan abstrak. Intervensi utama untuk mencegah apa yang mengancam menjadi beban yang sangat buruk pada sistem kesehatan di dunia.

Disebutkan bahwa tiga jenis bakteri, Klebsiella pneumonia, Escherichia coli (E.coli), dan Staphylococcus aureus, sudah menunjukkan tanda-tanda resistensi terhadap obat. Pengobatan HIV, malaria, dan TBC, adalah masalah kesehatan yang lebih luas di mana perlawanan adalah kekhawatiran.

Di AS, infeksi resisten antiobiotik berhubungan dengan 23 ribu kematian dan 2 juta penyakit setiap tahun.

Biaya ekonomi setiap tahunnya setinggi 16 miliar euro dalam biaya perawatan keseahtan langsung dan 28 miliar euro dalam produktivitas yang hilang.