Find Us On Social Media :

Angel Ariel Escalante Perez, Bocah yang Tewas Dilempar dari Jembatan karena Menolak Membunuh

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 10 Juli 2015 | 09:10 WIB

Angel Ariel Escalante Perez, Bocah yang Tewas Dilempar dari Jembatan karena Menolak Membunuh

Intisari-Online.com - Gara-gara menolak perintah sekelompok penjahat untuk membunuh seseorang, bocah di Guatemala berakhir malang. Angel Ariel Escalante Perez, tewas dilempar dari jembatan karena menolak membunuh.

Saat itu Ariel sedang dalam perjalanan pulang dari sekolahnya di Guatemala City. Di tengah perjalanan, ia disergap oleh gerombolan pria tak dikenal. Tak berhenti sampai di situ, mereka lalu memberi Ariel sepucuk pistol. Para penjahat itu menyuruh bocah berusia 12 tahun itu menembak seorang sopir bus atau menembak dirinya sendiri.

Tapi Ariel menolaknya. Ia tak mungkin menembak seorang supir bus lantaran ayahnya sendiri adalah seorang supir. Ia memilih mati daripada melaksanakan perintah para begundal tersebut.

Para penjahat itu masih berusaha untuk bernegosiasi. Mereka kembali memberi pilihan: dibunuh dengan cara ditikam menggunakan golok atau dilemparkan dari atas Jembatan Incienso—salah satu jembatan terpanjang di Amerika Tengah.

 

Tidak jelas apa jawaban Ariel, tiba-tiba para bandit itu melemparkan bocah malang itu dari atas jembatan yang berketinggian 135 meter itu. Tapi Ariel tidak langsung tewas saat itu juga. Tumpukan dedaunan yang berada di bawah jembatan menyelamatkan nyawanya—walau untuk sementara.

Ariel pingsan dengan ditutupi dedaunan tersebut hingga 72 jam lamanya. Selama bocah itu hilang, ayah dan keluarganya sibuk mencarinya dan menemukannya di dasar jembatan dengan kondisi terluka parah.

15 hari lamanya tim medis berjuang untuk penyelamatan nyawa Ariel. Tapi Tuhan berhendak lain, Ariel akhirnya meninggal dunia. Para dokter mengatakan, jika Ariel ditemukan lebih cepat, mungkin nyawanya masih bisa diselamatkan. Sayangnya, selama 72 jam dia tergeletak dengan luka yang parah sehingga sulit untuk menyelamatkannya.

Menanggapi hal ini, Aktivis HAM setempat, Edgar Guerra, mengatakan, peristiwa ini menjadi sebuah fenomena mengerikan yang semakin sering terjadi. Para penjahat kerap menggunakan anak-anak di bawah umur untuk melakukan pembunuhan. “Penyebabnya adalah kelompok penjahat ini tak ingin didakwa melakukan pembunuhan jika tertangkap,” kata Guerra.