Penulis
Intisari-Online.com – Menjadi pewaris tahta kerajaan memang anugerah bagi pria bernama William Arthur Philip Louis Windsor (35).
Tentu gelar raja akan berada di tangannya kalau ia tidak melanggar tradisi. Namun, justru "jalan berbeda" itu yang dilalui William. Anehnya, sampai saat ini ia masih tetap populer sebagai calon raja di Inggris.
Dilahirkan oleh salah seorang ibu paling cantik di dunia, sudah menjadi modal paling besar bagi Pangeran William untuk menjadi pewaris tahta kerajaan Inggris berikutnya.
Ibunya, Putri Diana, dan ayahnya, Pangeran Charles, mungkin merasa sebagai orangtua paling berbahagia di dunia ketika Sang Pangeran dilahirkan 21 Juni 1982 di Rumah Sakit St Mary's di kawasan Paddington, di pusat kota London.
Bayi William di satu hari nanti akan mewarisi gelar Raja Inggris. Mungkin menggantikan ayahnya, atau malah menggantikan neneknya, Ratu Elizabeth II, yang hingga kini masih menduduki tahta.
Bagaimana kerajaan Inggris mempersiapkan William? Jawabannya tentu saja dengan serius.
Mendapatkan teman dekat
Dalam perjalanannya sampai dia berusia 24 tahun di tahun 2006 ini, William banyak "melanggar" atau melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan oleh keluarga kerajaan Inggris sebelumnya.
Salah satu contohnya, ia dilahirkan di rumah sakit biasa. Ini untuk pertama kalinya seorang anggota keluarga kerajaan Inggris dilahirkan di luar istana.
Ketika mulai menginjak usia sekolah, William, atau lebih populer dipanggil Will oleh banyak teman dekatnya, juga masuk sekolah umum. Hal ini berbeda dengan nenek dan ayahnya yang diajar oleh guru pribadi semasa kecil.
Baca juga: Camilla Pernah Meminta Pangeran William Tinggalkan Kate Middleton, Alasannya Bikin Geram
William menjalani sekolah dasar di SD Wetherby di daerah Kensington, tidak jauh dari kediaman orangtuanya.
Dalam pesta musim panas di sekolah menjelang akhir tahun, Putri Diana dan Pangeran Charles juga hadir memeriahkan berbagai lomba, misalnya lari sprint atau permainan lain.
Tahun 1995, William juga menjadi anggota keluarga kerajaan pertama yang masuk ke Eton College, sebuah sekolah swasta menengah yang prestisius. Letaknya kebetulan dekat dengan Istana Windsor, istana musim panas yang biasa dipakai oleh Ratu Elizabeth untuk berkuda.
Tamat dari Eton College, dengan nilai lumayan bagus, Will kemudian melanjutkan ke Universitas St. Andrews di Skotlandia.
Masa-masa di universitas merupakan salah satu masa sulit dalam kehidupan William. Pertama, ibunya tercinta, Diana, meninggal di tahun 1997 akibat kecelakaan mobil di Paris.
Baca juga: Mengharukan, Ini Janji Pangeran William kepada Mendiang Putri Diana Jika Kelak Ia Jadi Raja Inggris
Setelah itu, kontroversi meninggalnya Diana menjadi spekulasi selama bertahun-tahun di media massa seluruh dunia.
Pada awal kuliahnya, William memilih untuk belajar sejarah. Sesuai dengan tradisi untuk memodernisasi kerajaan, ketika mendaftar ke Universitas St. Andrews, William hanya ingin disebut sebagai “William Wales atau William Windsor" tanpa embel-embel lain.
Di tahun kedua, William yang mendapat banyak perhatian baik dari teman-teman kuliah maupun dari pers, hampir saja drop out dari sana.
"Kehidupan di dalam kampus kadang terasa tidak enak. Saya rasanya seperti hidup dalam akuarium. Padahal saya ingin belajar, sama seperti mahasiswa lainnya," kata William ketika itu.
Hanya setelah berkonsultasi intensif dengan ayahnya, Will kemudian memutuskan kembali kuliah, namun mengubah subjeknya, dari sejarah menjadi geografi.
Baca juga: Memprediksi Pewaris Tahta Kerajaan Inggris, Akankah Jatuh ke Tangan Pangeran William?
"Ayah saya sangat mengerti apa yang saya rasakan, karena ia sendiri pernah mengalaminya. Namun, pada akhirnya kami sama-sama memahami bahwa saya harus kembali lagi ke universitas," tutur William.
Berbeda dengan ayahnya, Pangeran Charles, yang mengaku kesepian ketika bersekolah di Skotlandia, William justru terasa nyaman dengan hadirnya teman dekat, Kate Middleton.
Menurut beberapa kalangan yang dekat dengan Istana Buckingham, persahabatan kedua insan ini berkembang serius. Berkat dukungan Middleton pula, William menyelesaikan universitasnya di tahun 2005 lalu.
Selalu up to date
Gelar sarjana itu juga merupakan rekor baru, karena sebelumnya tidak ada keluarga kerajaan yang pernah bergelar sarjana. Hal yang barangkali aneh di negeri semaju Inggris, namun sekali lagi, ini karena keluarga kerajaan memiliki kebiasaan untuk mendatangkan guru pribadi, dan ijazah bagi mereka bukanlah hal penting.
Namun, gelar sarjana William dengan nilai memuaskan (2,1) juga menunjukkan bahwa Will juga punya otak dan dianggap paling "berotak" di kalangan keluarga kerajaan, bila dilihat dari bukti selembar ijazah.
Baca juga: Putri Diana Sempat Mencoba Bunuh Diri Saat Mengandung Pangeran William
Kalau dari segi pendidikan, William sudah memenuhi syarat sebagai calon raja, dari sisi persiapan untuk menunaikan tugas-tugas sosial, Will juga memiliki kemampuan yang cukup.
Dari segi olahraga misalnya, dia menggemari polo air dan masuk dalam tim universitas ketika dia kuliah. Untuk cabang olahraga elite, dia juga sama seperti ayahnya dan adiknya.
William menyukai polo berkuda. Cabang olahraga ini memang tidak begitu populer. Namun paling tidak, dari persyaratan gengsi, polo berkuda ini memenuhi syarat sebagai cabang olahraga yang harus dimainkan keluarga kerajaan, sebagai tradisi turun-temurun.
Tahun 2005, William dikirim ke Selandia Baru guna mewakili Ratu Elizabeth II, sebagai duta resmi mewakili Inggris Raya dalam lawatan tim rugby British Lions ke negeri Kiwi itu.
Kebetulan William dan adiknya juga pencinta olahraga yang digemari oleh penduduk Selandia Baru dan Australia itu. Kehadiran orang seperti William tentu saja disambut baik oleh publik setempat.
Baca juga: Laura Lopes, Saudari Tiri Pangeran William dan Pangeran Harry yang Hampir Terlupakan
Selain rugby, Will juga pencinta sepakbola. Sekarang dia menjadi ketua kehormatan Federasi Sepakbola Inggris (FA). William pula yang menyerahkan Piala FA kepada kapten Liverpool, Steven Gerrard, di Stadion Millenium, Cardiff bulan Mei lalu.
Di masa depan, sudah dipastikan, wakil kerajaan seperti William dan Harry akan lebih sering muncul di stadion menyaksikan berbagai pertandingan, hal yang sudah lama tidak terjadi.
Soalnya, Pangeran Charles tidak terlalu suka dengan kegiatan olahraga, sementara Ratu Elizabeth II merasa sudah terlalu tua untuk menikmati permainan anak-anak muda ini.
Ketika memberi semangat kepada tim Piala Dunia Inggris menjelang Piala Dunia lalu, William sempat berbincang dengan pemain jangkung Liverpool, Peter Crouch. Saat itu Crouch baru saja merayakan keberhasilannya mencetak gol dengan menari patah-patah.
Para pemain Inggris tertawa ria, ketika Crouch dengan tungkai tangan yang panjang mengulangi gerakannya atas permintaan William. Permintaan itu menunjukkan bahwa keluarga kerajaan selalu up to date dengan perkembangan dunia.
Baca juga: Bagaimana Kematian Putri Diana Bisa Mengubah Keluarga Kerajaan?
Semasa hidupnya, ibu William, Diana, pernah juga berkunjung ke Wimbledon guna menyaksikan pertandingan tenis. Di satu saat nanti, kehadiran William di tempat duduk kerajaan pastilah akan disambut gempita pula oleh para pencinta tenis.
Siap dalam tugas perang
Kepopulerannya sebagai calon raja tampak jelas pula ketika William bersama Ratu Elizabeth mengunjungi Kanada di tahun 1998. Di situ dia disambut oleh gadis-gadis remaja yang mengelu-elukan William bak bintang film terkenal.
Banyak di antara mereka yang kemudian histeris dan mengacungkan plakat Will you marry me Will?
Ini untuk pertama kalinya keluarga kerajaan Inggris disambut sebagai selebriti. Sambutan itu bukan dengan rasa hormat terbatas seperti yang diperlihatkan kepada Pangeran Charles dan Ratu Elizabeth.
Tidak dalam hal-hal populer saja William dipersiapkan, melainkan juga dalam soal serius, misalnya di bidang kemiliteran. Bulan Januari tahun ini, William mendaftarkan diri untuk masuk akademi militer paling terkenal di negara itu, Sandhurst.
Baca juga: Masuk Bursa Taruhan, Inilah Nama Putra Ketiga Kate Middleton dan Pangeran William
Selama 44 minggu, William menjalani pelatihan militer sama seperti para taruna lainnya.
Pamannya, Pangeran Andrew, pernah ikut menerbangkan helikopter ketika terjadi perang Falkland di tahun 1982. William dan Harry yang juga sudah bergabung sebelumnya menyatakan, mereka siap membela Inggris dalam tugas perang di mana pun.
Walaupun dalam kenyataan, kecil sekali kemungkinan mereka akan diterjunkan di garis depan, bila ada pertempuran. Namun, tekad itu tentu saja disambut baik oleh para anggota militer lainnya.
William juga banyak terlibat dalam kegiatan sosial. Sekarang ini Will tercatat menjadi patron bagi organisasi lain (selain sepakbola) yaitu Tusk Trust (Yayasan Gading) dan Centre Point.
Tusk Trust itu sebuah yayasan yang didinkan di tahun 1990 bergerak membantu proyek konservasi di berbagai negara Afrika. Sedangkan Centre Point adalah yayasan yang membantu para tunawisma di Inggris, yayasan di mana ibunya dulu juga banyak terlibat.
Dengan berbagai persiapan itu, banyak warga Inggris, terutama pencinta kerajaan, merasa masa depan Kerajaan Inggris di abad ke-21 ini sudah terjamin.
Namun, kalaupun masih ada kelemahan, mungkin adalah sifat William yang pemalu. Dia banyak mewarisi sifat ibunya. Dia masih canggung untuk muncul di depan umum, apalagi mendapatkan elu-eluan yang luar biasa.
Mungkin sambil menunggu giliran untuk mewarisi tahta di Istana Buckingham, William akan bisa mengatasi rasa canggung itu berkat keterlibatannya dengan berbagai kegiatan olahraga, sosial, maupun kemiliteran.
(Ditulis oleh L. Sastra Wiiaya, penyiar Radio BBC, di London. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 2006)
Baca juga: Cara Pangeran William Bicara dengan Pangeran George Mesti Dicontoh para Ayah di Dunia