Penulis
Intisari-Online.com - Penyebab meninggalanya menantu Hatta Rajasa, Adara Taista akhirnya terungkap.
Menurut koresponden Tribunnews di Tokyo, Adara diduga terserang penyakit kanker kulit.
Kanker kulit memanglahbanyak jenisnya seperti melanoma maligna, karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal.
Melanoma maligna adalah salah satu kanker kulit ganas yang menyebar dengan cepat dan menyebabkan kematian.
WHO mencatat ada setidaknya 3.300 kasus melanoma baru yang terjadi setiap tahun di Indonesia.
Melanoma dapat muncul pada kulit normal atau mulai dari tahi lalat.
Perubahan dari tahi lalat normal menjadi melanoma sering tidak disadari oleh masyarakat.
Prihatin dengan masalah ini, beberapa mahasiswa biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mencoba mencari solusi alternatif untuk menyembuhkan Melanoma maligna.
Dwi Jami Indah Nurhasanah, Bening Larasati, Dea Febiansi, dan Dhella Apriliandha Roshitafandi mencoba memanfaatkan chayote sebagai bahan untuk membuat salep sebagai pengobatan alternatif untuk melanoma.
Penelitian mereka dilakukan di bawah pengawasan Dr. Budi Setyadi Daryono, M.Agr.Sc., Ph.D.melalui Program Kreativitas Mahasiswa UGM 2017.
Dwi Jami Indah mengatakan bahwa chayote (labu siam/jipang), adalah salah satu tanaman pertanian di Indonesia.
Seringkali dimasak sebagai sayuran dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Baca juga:Adara Taista Meninggal di RS Tokyo: Ini Alasan Orang Indonesia Lebih Suka Berobat ke Luar Negeri
Di sisi lain, kulitjipang belum dimanfaatkan karena mengandung lateks yang bermanfaat bagi kesehatan.
"Jipang mengandung senyawa flavonoid dan saponin yang merupakan senyawa metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai anti kanker," kata Indah, Rabu (18/7) di Fakultas Biologi UGM.
Untuk mengidentifikasi senyawa anti-kanker di dalam jipang, para mahasiswa melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan tes kualitatif dan kuantitatif serta anti proliferasi menggunakan sel garis yang memiliki karakter proliferasi yang sama dengan sel kanker.
Mereka menggunakan pastajipang sebagai sampel yang diuji.
Mereka melakukan tes kromatografi lapis tipis untuk uji kualitatif dan uji spektrofotometri untuk uji kuantitatif.
Selama tes tersebut, jipang dibagi menjadi tiga parameter berdasarkan ukuran buah.
Ini dilakukan dengan asumsi semakin besar ukurannya, semakin tua buahnya.
"Hasil dari tiga parameter menunjukkan semuanya mengandung senyawa saponin dan flavonoid," kata Indah.
Penelitian dilanjutkan dengan pengolahan jipang menjadi ekstrak.
Ekstrak kemudian dibuat menjadi bentuk salep.
Berdasarkan uji antiproliferatif, hasilnya positif.
"Ekstrak jipang yang diuji dapat menghambat pertumbuhan sel," tambahnya.
Produksi salep jipang untuk bernamaSelasih Lalatadalah salah satu inovasi produk unik oleh mahasiswa Biologi UGM untuk pengobatan Melanoma.
Selain itu, juga bertujuan untuk mendorong pemanfaatan bahan-bahan alami sebagai obat alternatif yang masih jarang dikenal oleh masyarakat.