Find Us On Social Media :

20 Tahun Reformasi: Inilah Kisah-kisah yang Tak Diberitakan Di Balik Suasana Gedung MPR/DPR

By Ade Sulaeman, Senin, 21 Mei 2018 | 08:30 WIB

"Di kompleks gedung MPR/DPR ini setidaknya ada lima posko medis yang digelar para relawan dan relawati," jelas dr. Rimanto, salah satu relawan medis. Adapun obat-obatan yang tersedia, menurut Rimanto, diperoleh dari berbagai lapisan masyarakat.

"Kebanyakan mahasiswa minta obat pusing atau batuk. Tapi kalau diperlukan, kami juga siap melakukan bedah minor," tandas Rimanto.

Baca juga: (Foto) Wanita Ini Harus Tersenyum 'Pahit' Setelah Mengetahui Foto Hotel Tidak Sesuai Realitas

2. Ini bukan lagi sebungkus berdua, tapi sebungkus tame-tame. Para mahasiswa ini memilih menyantap nasi dari bungkus yang sama. Rasa senasib dan sepenanggungan pun lebih terasa.

3. Lebih kurang lima hari lamanya. Gedung MPR/DPR disesaki ribuan mahasiswa serta berbagai lapisan masyarakat yang mendukung aksi mereka.

4. Bagi yang lebih suka pengobatan alternatif, silakan temui Wahyu Sugiri (29). Sopir bus ini tak mau ketinggalan menyumbangkan keterampilannya memijat.

"Saya enggak punya apa-apa yang bisa disumbangkan buat mahasiswa, selain keahlian memijat ini," ujar Wahyu. Ayah satu anak ini percaya, banyak mahasiswa yang memerlukan bantuannya. "Benar saja. Di sini banyak yang kecapekan, keseleo, pegal linu, pusing, sampai pingsan. Saya bisa menolong dengan gratis."

Dalam sehari, Wahyu bisa memijat 100 pasien. Masing-masing cukup dipijat dua menit dan langsung pulih. Bagaimana dengan profesi resminya? Sembari tersenyum getir, Wahyu berujar, "Saya terpaksa berhenti nyopitseak harga onderdil melangit dan penumpang sepi karena naiknya tarif angkutan."

5. Para pedagang minuman botol tak urung mendapat berkah dari aksi mahasiswa. "Di sini, kan, banyak mahasiswa. Pasti banyak juga yang haus. Makanya, sudah empat hari saya di sini," kata Suyatno (32), pedagang minuman asal Pemalang (Jateng).

Karena permintaan meningkal, harga jual juga ikut melonjak. Teh botol, misalnya, yang normalnya dijual Rp 700, saat itu dijual Rp 1.000.

"Tapi tetap saja pembelinya banyak. Bisa dapat Rp 100 ribu tiap harinya. Apalagi tak perlu bayar retribusi. Paling cuma bantu-bantu membersihkan halaman gedung sore harinya," aku Suyatno.

6. Banyak keluarga yang ikut datang mendukung aksi mahasiswa di Gedung MPR/DPR. Tak sedikit pula yang membawa serta buah hatinya seperti keluarga ini.