Find Us On Social Media :

Naguib Sawiris, Miliader Mesir yang Ingin Membeli Pulau untuk Menampung Pengungsi Timur Tengah

By Moh Habib Asyhad, Senin, 7 September 2015 | 12:00 WIB

Naguib Sawiris, Miliader Mesir yang Ingin Membeli Pulau untuk Menampung Pengungsi Timur Tengah

Intisari-Online.com - Gelombang pengungsi yang datang dari Timur Tengah mengundah simpati banyak kalangan. Salah satunya adalah Naguib Sawiri, seorang miliader yang ingin membeli pulau untuk menampung pengungsi dari Timur Tengah. Ada puluhan pulau kosong di sekitar Yunani dan Italia yang menurutnya representatif untuk tempat penampungan.

“Ini sebuah solusi yang sangat sederhana,” ujar Sawiris kepada CNN, Jumat (4/9). “Mereka bisa menjual pulau itu ke saya, dan saya akan membuat sebuah penampungan sementara buat orang-orang ini. Saya akan membuat pelabuhan kecil atau marina bagi kapal-kapal untuk berlabuh di sana. Saya akan mempekerjakan orang-orang itu untuk membangun rumah mereka sendiri, sekolah mereka, sebuah rumah sakit, universitas, dan hotel.”

Untuk diketahui, Sawiris adalah kepala ekeskutif kelompok usaha telekomunikasi Orascom TMT.

“Saya terkadang berpikir bahwa para politisi tidak punya hati. Yang saya butuhkan adalah izin untuk menempatkan orang-orang itu di pulau tersebut. Setelah itu, saya tidak membutuhkan apa-apa lagi dari mereka. Saya akan membayar mereka untuk bisa mencapai pulau itu. Saya akan menyediakan pekerjaan. Saya akan mengurus semua logistik. Saya tahu saya bisa melakukan itu,” tambahnya.

Selain sebagai pengusaha, Sawiris juga seorang pendiri partai politik. Dia berasal dari keluarga pengusaha. Saudaranya, Nassef, merupakan ketua Orascom Construction Industries, salah satu perusahaan Mesir yang paling bernilai dan merupakan perusahaan terbuka.

Sementara itu, Eropa tengah berjuang untuk mengatasi jumlah orang yang tengah mencoba melarikan diri dari perang dan kemiskinan. Sejumlah negara Eropa telah menerapkan kebijakan keras terkait migrasi dan menolak untuk menerima lebih banyak pengungsi. Mereka berpendapat bahwa menyambut para migran bisa sama artinya dengan mengirim sinyal yang salah kepada para penyelundup manusia. Sementara itu, negara-negara di perbatasan terluar Uni Eropa, seperti Yunani, Italia, dan Hongaria, menghadapi masuknya ribuan migran.

Menanggapi gelombang pengungsi yang tidak jelas ujungnya ini, para pemimpin Uni Eropa akan bertemu untuk menangani krisis itu, dan beberapa dari mereka yang sebelumnya menolak menerima migran dalam jumlah yang berlebih, seperti Perdana Menteri Inggris David Cameron, mulai menunjukkan sikap yang melembut.