Find Us On Social Media :

Paus Sperma Berbicara Satu dengan yang Lainnya Menggunakan Dialek Lokal

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 9 September 2015 | 13:30 WIB

Paus Sperma Berbicara Satu dengan yang Lainnya Menggunakan Dialek Lokal

Intisari-Online.com - Para peneliti telah menemukan bahwa paus sperma berbicara satu dengan yang lainnya menggunakan dialek lokal. Artinya, tiap klan paus sperma memiliki cara berkomunikasi yang berbeda antara satu klan dengan klan lainnya. Para peneliti itu telah memeriksa dua klan mamalia yang juga disebut dengan paus kepala botak botak itu di yang beredar di wilayah Pacific sejak 1980-an.

Meskipun tinggal di lingkungan yang sama, masing-masing klan paus mengembangkan “dialek”-nya sendiri dengan cara melengkingkan suara yang disebut “codas”. Penelitian, yang diterbitkan minggu ini Nature Communications, menunjukkan bahwa tradisi itu dimiliki oleh makhluk raksasa tersebut.

“Tradisi pada sekelompok hewan adalah topik yang selalu diperdebatkan,” kata Mauricio Cantor, kandidat doktor biologi. “Beberapa ahli menyebut itu adalah masalah yang jelas, sementara yang lain berpikir, kata ‘budaya’ tidak bisa disematkan kepada sesuatu selain manusia.”

Didanai oleh National Geographic Society, Natural Sciences and Engineering Research Council of Canada (NSERC), Killam Trust and The Brazilian National Council for Scientific and Technological Development (CNPq), Cantor dan Whitehead yang bekerja sama dengan Galapagos National Park menjelajahi perairan dalam.

Para peneliti mendengarkan lengkingan paus menggunakan mikrofon bawah air untuk memastikan lokasi dan mempelajari repertoar codas mereka. Setelah paus muncul ke permukaan untuk bernapas, sekira 40 menit, para peneliti itu kemudian memotret ekor mereka.

Selanjutnya, para peneliti itu menyocokkan codas dan perilaku terhadap tiap individu paus sperma.

Setelah kerja-lapangan itu selesai, Cantor dan kawan-kawannya mengombinasikan data terbaru dengan data lama yang disimpan di laboratorium Whitedhear sejak ’80-an, untuk membuat populasi virtual paus sperma menggunakan simulasi komputer.

“Kami mencoba untuk memundurkan pola yang kami amati di alam liar untuk menyimpulkan bagaimana segresi klan bisa berevolusi,” ujar Cantor. “Komputer akan mensimulasikan kehidupan beberapa populasi paus sperma yang memiliki codas dengan cara yang berbeda selama ribuan tahun.”

 

Pada akhirnya, Cantor dan rekan-rekannya bisa melihat bahwa tiap klan bisa menghasilkan dialek yang berbeda.

Ada beberapa pengujian yang diajukan dalam studi tersebut: bagaimana dialek akan berkembang jika paus itu menciptakan codas mereka sendiri, bagaimana dialek akan berevolusi jika mereka tahu bahwa codas itu adalah bawaan, dan ketiga, kapan paus itu bisa mendengarkan dan menyalin codas yang mereka dengar dari paus lainnya.

 

Pembelajaran sosial oleh paus masih dianggap bias; misalnya, paus bisa mempelajari codas yang paling umum, atau belajar dari paus-paus lain yang menghasilkan codas, atau menggunakan codas khusus untuk menandai identitas klan mereka.

Dari simulasi, Cantor menjelaskan bahwa paus belajar bagaimana berkomunikasi satu sama lain—mirip dengan manusia bekerja. Paus di setiap klan adalah mereka yang paling mirip di sekitar mereka.

“Ini memberi kami bukti bahwa fitur kunci dari kebudayaan—yang kami pikir menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya—juga dimiliki oleh makhluk lain selain manusia,” tegas Cantor.