Find Us On Social Media :

Di Balik Cover Kabut Asap Republika

By Ade Sulaeman, Minggu, 11 Oktober 2015 | 17:30 WIB

Di Balik Cover Kabut Asap Republika

Intisari-Online.com - Harian Republika edisi Kamis, 8 Oktober 2015, berbeda dari biasanya. Halaman utama koran menampilkan potret anak kecil mengenakan masker tengah bersepeda di tengah asap kebakaran hutan dan lahan. Uniknya, nuansa asap itu juga samar-samar menutupi artikel utama, yakni penurunan harga solar. Seluruh halaman utama koran itu pun menjadi tidak jelas terlihat.

Tampilan yang menjadi pembicaraan di media sosial itu rupanya sudah direncanakan benar oleh redaksi. Wakil Pemimpin Redaksi Harian Republika Irfan Junaidi menceritakan proses produksi koran yang terbit satu hari setelah Presiden Joko Widodo mengunjungi wilayah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan tersebut.

"Redaksi kami sudah mengawal berita soal asap sejak sekitar sebulan lebih. Segala jenis (produk jurnalistik) kami tayangkan, mulai dari straight news, feature, liputan khusus, foto, sampai masuk ke halaman utama sudah kita lakukan," ujar Irfan saat berbincang dengan Kompas.com di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (10/10/2015).

Irfan mengatakan, pemberitaan itu tidak lain demi tuntasnya kasus kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan. Namun, pemberitaan yang masif itu, menurut redaksi Republika, belum berbuah positif. Titik api baru malah terdeteksi di sejumlah wilayah. Redaksi pun lalu berfikir bagaimana terus mendorong agar persoalan segera selesai.

"Teman-teman lalu berfikir soal ide itu. Lalu muncullah ide, bagaimana kalau kita terbitkan edisi asap. Nah, ini awal mula munculnya koran berasap itu," lanjut Irfan.

Melalui pesan simbolik itu, Republika ingin menyampaikan dua hal. Pertama, pembaca diajak untuk turut berempati dengan peristiwa kabut asap yang dialami masyarakat Sumatera dan Kalimantan. Tidak dapat membaca koran lantaran terhalang asap merupakan bagian kecil dari kesulitan masyarakat yang menjadi korban. Bagian besarnya, tentu ancaman gangguan kesehatan hingga dapat berujung kematian.

Pesan kedua, Republika ingin para pengambil kebijakan terketuk pintu hatinya untuk secara serius menangani persoalan kebakaran beserta asapnya dengan cepat. Demi tercapainya dua pesan tersebut, redaksi pun terpaksa merelakan sejumlah artikel di halaman depan tertutup 'asap'. Di halaman itu sendiri terdapat berita soal penurunan harga solar, berita korban kabut asap dan berita kelanjutan penanganan pembunuhan warga Desa Selok Awar-Awar Salim alias Kancil.

"Pesan simbolik kami, saat semuanya tertutup asap, semua berita menjadi sulit dibaca," ujar Irfan.

Redaksi Republika, lanjut Irfan, menganggap 'koran asap' yang ramai diperbincangkan di media sosial bukan suatu keberhasilan. 'Koran asap' itu baru dapat disebut berhasil setelah masyarakat melakukan aksi nyata membantu sesamanya korban asap dan pemerintah yang dengan cepat menyelesaikan persoalan tersebut.

"Kami berharap seluruh pihak menuai empati atas bencana ini. Dengan demikian baru kami anggap koran asap ini berhasil," ujar Irfan.

(kompas.com)