Penulis
Intisari-Online.com - Kesan karakter militer begitu kuat terlihat dari rumah nomor 6-8 di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat saat dikunjung,i Selasa (11/10/2015) petang.
Kesan itu dikarenakan dominasi warna khas hijau militer yang menghiasi sebagian besar dinding dan arsitektur rumah peninggalan presiden ke-2 RI tersebut.
Yang beda hanya bagian pagar depan rumah sepanjang lebih 20 meter. Bagian pembatas depan rumah sang jenderal dengan jalan hanya teralis besi setinggi 1,5 meter dengan cat kuning. Sebelumnya, cat pagar rumah tersebut berwarna putih.
Berjalan sekitar 10 meter dari pintu masuk utama, berdiri kokoh sebuah pos penjagaan yang juga didominasi warna cat hijau militer. Bentuk pos tersebut pun tidak beda dengan pos penjagaan di markas-markas militer.
Empat tiang setinggi sekira 2,5 meter berdiri kokoh menopang keempat sisi atap pos penjagaan tersebut. Sebuah meja panjang setinggi 1 meter di pos menjadi tempat bagi sang petugas berjaga.
Enam mobil terparkir di halaman aspal depan rumah. Sedan swift, dua unit Kijang 1800 cc, Innova, minibus SUV Escudo dan All New Xenia berplat nomor B 805 EVE terparkir membentuk siku.
Dua pohon Beringin nan rindang yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup sang pemilik rumah masih berdiri kokoh di taman kecil depan rumah.
Sementara itu, bagian atap rumah berbahan genteng. Namun, warna oranye bagian atap sang jenderal terlihat kusam dan berlumut.
Tak banyak detail yang bisa dilihat dari depan rumah. Hanya ada kandang burung bercat putih selebar sekitar 1 meter berdiri di sudut kanan depan rumah. Cat putih yang menempel di rangka kandang itu pun terlihat memudar.
Melongok ke bagian atap rumah bagian belakang terdapat bangunan dengan dua lantai dengan arsitek bangunan dan warna dinding yang sama.
Jalur mobil selebar 3 meter terhampar mulai pos jaga hingga depan lobi utama rumah. Dua daun pintu berbahan kayu cokelat muda dengan posisi terbuka di depan lobi rumah seolah siap menyambut para tamu.
Namun, sore itu tak ada seorang tamu yang datang ke dalam rumah tersebut.
Gelap, sepi nan tenang. Begitulah kesan pertama muncul saat kaki menginjak halaman rumah tersebut.
Kini, rumah Cendana yang pernah menjadi pusat pengambil kebijakan semasa Soeharto berkuasa itu tak berpenghuni pasca-Soeharto wafat pada 27 Januari 2008.
Tak seorang dari enam anak mendiang Soeharto yang menghuni rumah bersejarah itu.
(Abdul Qodir/Tribunnews.com)