Memberi Bantuan Tak Sekedar Cuci Gudang

Bimo Wijoseno

Penulis

Memberi Bantuan Tak Sekedar Cuci Gudang

Intisari-Online.com - Memberi bantuan adalah perbuatan yang mulia, apalagi tanpa pamrih. Namun, tanpa pamrih pun agaknya masih kurang. Lo!? Lantas bagaimana? Pemberian bantuan yang diberikan semestinya tepat guna dan lebih tepat sasaran.

Ada satu contoh kasus yang terjadi di sebuah sekolah dasar di sebuah desa di daerah Sleman, Yogyakarta tempat anak saya belajar. Sekolah ini mendapat bantuan delapan unit personal komputer Pentium III dari universitas ternama di Yogyakarta. Sayangnya, sekolah ini tidak memiliki daya listrik yang cukup. Sekolah hanya memiliki daya listrik 900 kWh. Kepala sekolah kemudian mengeluarkan surat edaran kepada orangtua murid untuk patungan membiayai penambahan daya listrik 2.200 kWh supaya komputer ini dapat digunakan.

Kurang lebih Rp 6 juta biaya yang dibutuhkan untuk penambahan daya listrik ini beserta kelengkapannya. Mungkin bukan angka yang besar, tetapi untuk orangtua murid yang sebagian besar mata pencahariannya petani tentu terasa berat. Belum lagi ada tambahan pungutan untuk biaya operasional dan kelengkapan lain-lain, salah satuya teralis untuk keamanan. Tidak ada yang salah antara pemberi bantuan dan penerima bantuan ini. Hanya terasa ada yang kurang pas dalam mengolah atau mengelola bantuan ini supaya lebih tepat guna dan tepat sasaran antara kedua belah pihak. Apalagi generasi komputer Pentium III yang mulai ditinggalkan.

Jika berandai-andai, misalkan dana Rp 6 juta untuk membiayai penambahan daya listrik itu terkumpul justru bisa untuk membeli laptop generasi terkini dengan daya listrik yang lebih hemat, tak perlu menambah daya listrik. Biaya operasional pun tidak terlalu membebani orangtua. Tujuan pengajaran komputer pun dapat lebih maksimal, termasuk waktu pakai yang lebih lama dengan komputer generasi terkini.

Lantas, delapan unit personal komputer Pentium III untuk apa? Untuk dijadikan perhatian kalau memberi bantuan bukan sekedar cuci gudang?