Percayalah, ASI pasti cukup!

K. Tatik Wardayati

Penulis

Percayalah, ASI pasti cukup!

Kemarin saya menghadiri syukuran sebuah keluarga atas kelahiran anak pertamanya. Kalau di Jawa biasa disebut Selapanan, 35 hari setelah hari kelahiran. Seperti biasa, pertanyaan yang saya ajukan ketika bertemu dengan ibunya, berapa berat-panjang lahir si kecil, lahir normal atau caesar, dan pertanyaan terakhir minum ASI to?

Pertanyaan terakhir dijawab sang ibu, iya mbak tapi sudah dicampur dengan susu formula. Lho, kenapa? Tidak cukup. Masak sih? Gak mungkin ah. Iya, anaknya gak sabaran, trus produksinya juga cuma sedikit. Lagian mbak, persiapan nanti kalau saya sudah kerja lagi, dan tetap saya pompa kok biar tetap produksi.

Kali lain, saya bertemu dengan seorang ibu muda yang menggendong bayi mungilnya. Rupanya si bayi agak rewel karena gerah. Seperti biasa saya ajukan pertanyaan standar dan pertanyaan terakhir, minum ASI kan? Iya mbak, sebentar lagi saya masuk kerja, tapi saya sudah stok ASI di kulkas sampai 30 botol. Wah, hebat.

Saya ingat dengan pengalaman ketika melahirkan anak pertama, 2 hari di rumah sakit, tapi 5 hari setelah di rumah, ASI belum keluar juga. Namun saya tetap memaksa si kecil untuk menyusui, untuk merangsang supaya ASI keluar. Karena nenek si bayi ikut menjaga dan kasihan karena tidak ada susu yang masuk, diberilah susu formula. Ketika akhirnya ASI keluar, langsung saya stop pemberian susu formula.

Ternyata tidak sedikit para ibu yang akhirnya "menyerah" memberikan susu formula ketika ASI yang keluar hanya sedikit. Bahkan ada yang bilang kalau ASI-nya tidak keluar. Padahal, setiap ibu yang melahirkan pasti bisa menyusui dan pasti cukup untuk si bayi.

Harus dipahami betul mekanisme produksi ASI bahwa ASI diproduksi based on demand (berdasarkan permintaan), makin sering dikeluarkan (disusui atau diperah/pompa), produksi ASI-nya akan semakin banyak. Namun perlu diingat, bahwa sang ibu harus menghindari pikiran negatif atau stres karena hormon oksitosin (salah satu hormon yang berperan dalam produksi ASI) sangat sensitif terhadap emosi dan pikiran sang ibu. Jadi ibu harus selalu tenang, positive thinking, percaya diri, penuh dukungan dari suami atau keluarga, maka hormon oksitosinnya akan bekerja dengan lancar, dan produksi ASI pun akan berlimpah.

Untuk ibu bekerja pun tetap bisa memberikan ASI kepada bayinya meskipun harus kembali ke kantor. Coba telusuri situs yang info ASI-nya lengkap, mudah dimengerti dan diterapkan serta ada guideline (panduan) memompa/memerah ASI, menyimpan ASI, berapa jumlah ASI yang bayi harus minum per harinya.

Para orang tua khususnya ibu, harus benar-benar membekali diri dengan pengetahuan mengenai ASI dan pemberiannya. Persiapan diri jauh-jauh hari rencana menyusui, jangan hanya rencana melahirkan. Yang penting, pede aja, percaya bahwa ASI pasti akan keluar banyak dan cukup.