Bijak Menyimpan Data Digital

Agus Surono

Penulis

Bijak Menyimpan Data Digital

Dunia digital memudahkan sekaligus membahayakan. Dua kasus di bawah ini bisa menjadi cermin bagi kita untuk berhati-hati dengan data digital.

Kasus pertama soal GPS, global positioning system, yang memudahkan kita dalam bernavigasi. Jenis bermacam-macam, mulai dari navigasi darat, laut, dan udara. Di darat sendiri ragam alat navigasi berbasiskan GPS ini juga bermacam-macam. Ada yang untuk outdoor, aktivitas ekstrem, dan berkendara.

Nah, kasus yang terjadi di luar negeri ini bisa saja menimpa kita. Alkisah, satu keluarga pergi menonton pertandingan bola. Menggunakan kendaraan ber-GPS mereka memarkir kendaraan di tempat parkir. Tanpa syak wasangka kunci rumah ditinggalkan di konsol tengah mobil. GPS juga masih tercantol di kaca depan.

Setelah mengunci mobil mereka pun masuk stadion untuk menikmati pertandingan. Sayangnya, seorang pencuri berhasil mengakali sistem alarm mobil dan sukses membawa kendaraan itu. Begitu mesin menyala, GPS pun aktif. Melihat kunci rumah ada di mobil juga, pencuri itu pun iseng-iseng mengarahkan GPS untuk memandu ke Home yang biasanya di-set sebagai tempat tinggal si pemilik GPS. Benar saja, begitu sampai rumah dan kunci ternyata benar, pencuri pun berubah pikiran.

Akhir cerita bisa ditebak! Seisi rumah habis dikuras, begitu juga dengan mobil tadi.

Kasus kedua soal daftar phone book atau contact di ponsel. Coba cek, apakah Anda memasukkan nama-nama kerabat dekat dengan panggilan umum? Istri, misalnya, dengan nama “Sayang”, “Honey”, atau sejenisnya. Begitu juga sebaliknya dengan ponsel sang istri yang memasukkan nama suami sebagai “Hubby” atau “Sayang” atau “Honey”. Mesra dan terlihat biasa sebenarnya.

Namun, apa yang terjadi saat ponsel itu hilang atau dicuri orang. Kasus kedua ini menimpa seorang istri yang kehilangan tas jinjingnya akibat dicuri orang. Isinya selain peralatan rias khas seorang wanita juga dompet yang berisi kartu kredit, ATM, dan sejenisya, plus ponsel. Pencuri ternyata cerdas juga. Berbekal ponsel tadi dan melacak nama-nama orang terdekat dan kebetulan ada nama “Hubby”, maka dikirimlah sebuah pesan pendek yang isinya meminta nomer PIN kartu kredit dan ATM dengan alasan lupa. Si suami yang tanpa curiga pun langsung memberikan nomer rahasia tersebut.

Akhir cerita bisa ditebak!

Dari dua kasus itu, ada yang bisa kita pelajari. Narsis boleh tapi jangan terlalu terbuka. Untuk menandai rumah kita, bisa saja kita mengeset sebuah landmark terdekat yang sudah kita hapal. Ketika bingung di suatu daerah dan ingin kembali, kita bisa set ke Home yang mengarahkan kita ke landmark tadi. Dari situ kita tak usah dipandu GPS untuk sampai rumah. Cara lain ya jangan tinggalkan GPS di mobil.

Soal nama kerabat di phonebook atau contact ponsel, tulis saja nama asli mereka. Bukankah kita tahu siapa nama pasangan kita? Atau nama orangtua kita?

Akhir kata, selama siang dan selamat makan!