Find Us On Social Media :

Allah Tak Memandang Wajah

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 11 September 2011 | 14:00 WIB

Allah Tak Memandang Wajah

Intisari-Online.com - Di sebuah panti asuhan ada seorang bayi. Bayi itu lahir prematur dari seorang ibu muda tanpa suami. Karena lahir sebelum waktunya, si bayi tampak kecil, lemah, pucat, dan kurus. Cuma kulit kisut pembalut tulang, kelihatannya buruk sekali. Begitu buruknya sampai dia diberi nama julukan ET, singkatan dari extra terrestrial, nama tokoh film  makhluk luar angkasa yang terkenal buruk rupa.

Suatu ketika ada sepasang suami istri yang hendak mengadopsinya. Sayangnya, beberapa hari menjelang kedatangan calon orangtua asuhnya, si ET terserang demam. Badannya panas, beratnya turun drastis, bertambah pucat, dan semakin kisut. Sudah buruk menjadi tambah buruk lagi. Semua perawat dan pengasuh panti asuhan itu menjadi khawatir. Bagaimana sikap calon ibu angkatnya kalau nanti melihat si ET menjadi anak angkatnya? Sungguh kasihan si ET itu.

Tetapi apa yang terjadi?

Ketika si ET diserahkan kepada ibu angkatnya, sang ibu mengulurkan tangannya, dengan gembira menyambut si ET. Ia memeluk mesra si ET dan dengan penuh sifat keibuan ia mendekapnya erat-erat ke dadanya. “Anakku,” bisiknya, “Betapa manisnya, sayangku.”

Ketika ibu itu mendengar bahwa bayinya biasa disebut ET, dengan serta merta ia mengatakan, “Saya menyukai nama itu. Manis sekali kedengarannya.” Ketika ditanya mengapa sang ibu bersikap demikian terhadap si ET yang buruk rupa itu, ia menjawab, “Ketika saya mendengar bahwa saya akan mendapat seorang anak angkat, saya menjadi sangat gembira. Saya sudah mulai mencintainya. Ketika saya menerima ET ke dalam pelukan, saya melihat anak saya sendiri, darah daging saya. Dalam diri ET saya melihat diri saya sendiri. Saya gembira sekali, bahagia, dan saya menyayangi ET.”

Tidaklah mengherankan bila setelah beberapa hari dalam rawatan ibu angkatnya yang penuh kasih sayang, si ET sembuh dari sakitnya, dan bertumbuh menjadi anak yang montok, sehat, lucu, dan menyenangkan.

Bukankah cerita ET adalah cerita tentang diri kita sendiri? Apa yang membuat kita tampak begitu menarik di mata Allah sehingga Ia memilih kita menjadi anak-anakNya?