Penulis
Intisari-Online.com – Seorang penjual daging sedang berkemas-kemas menutup tokonya. Tiba-tiba ada langgangan “tak diundang”. Ia sangat terkejut melihat seekor anjing datang ke depan tokonya, langsung menatapnya. Pikirnya anjing ini mau meminta daging-daging atau tulang-tulang sisa. Ia pun mengusir anjing itu, tetapi anjing itu mundur selangkah lalu maju lagi. Maka, ia menghampiri anjing itu dan ia kaget melihat ada suatu catatan tergantung di mulut anjing itu. Dengan hati-hati ia ulurkan tangan, ia mengambil catatan itu dan membacanya: “Tolong berikan 2 sosis dan satu kaki domba. Uangnya ada di mulut anjing ini.”
Si penjual daging melihat ke mulut anjing itu dan ternyata ada uang sebesar 5 dollar di sana. Segera ia mengambil uang itu, kemudian ia memasukkan sosis dan kaki domba ke dalam kantung plastik dan diletakkan kembali di mulut anjing itu.
Si penjual daging sangat terkesan; berkali-kali ia mencuri pandang pada sang anjing. Diam-diam dia kagum serentak heran. Karena saat itu adalah waktu menutup tokonya, maka ia pun ingin mengetahui apa yang akan dilakukan sang anjing. Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan dan sampai ke tempat penyeberangan jalan. Anjing itu meletakkan kantung plastiknya, melompat dan menekan tombol penyeberangan, kemudian menunggu dengan sabar dengan kantung plastik di mulut, sambil menunggu lampu penyeberangan berwarna hijau. Setelah itu dia menyeberang. Si penjual daging tetap mengikutinya.
Si anjing sampai ke perhentian bus, dan mulai melihat “papan informasi jam keberangkatan bus”. Si penjual daging terkagum-kagum melihatnya. Si anjing kemudian duduk di salah satu bangku yang disediakan. Sebuah bus datang, si anjing menghampirinya dan melihat nomor bus, kemudian kembali ke tempat duduknya. Bus lain datang. Sekali lagi si anjing menghampiri dan melihat nomor busnya. Setelah melihat bahwa bus tersebut adalah bus yang benar, si anjing naik. Si penjual daging, dengan kekagumannya mengikuti anjing itu dan ikut naik ke bus tersebut; begitu kagum sampai-sampai hampir lupa membeli karcis.
Bus berjalan meninggalkan kota, menuju ke pinggiran kota. Si anjing melihat pemandangan lewat kaca jendela. Akhirnya ia berdiri dan bergerak ke depan bus, ia berdiri dengan dua kaki belakangnya dan menekan tombol agar bus berhenti. Kemudian ia keluar, kantung plastik masih tergantung aman di mulutnya. Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan sambil diikuti si penjual daging. Si anjing berhenti pada sebuah rumah, ia berjalan menyusuri jalan kecil dan meletakkan kantung plastik pada salah satu anak tangga. Kemudian, ia mundur, belari, dan membenturkan dirinya ke pintu. Ia mundur, dan kembali membenturkan dirinya ke pintu rumah tersebut. Tidak ada jawaban dari dalam rumah, jadi si anjing kembali melalui jalan kecil, melompati tembok kecil dan berjalan sepanjang batas kebun tersebut. Ia menghampiri jendela dan membenturkan kepalanya beberapa kali, berjalan mundur, melompati balik dan menunggu di pintu. Si penjual daging melihat seorang pria tinggi besar membuka pintu dan langsung saja menyiksa anjing tersebut, menendangnya, memukulinya, serta menyumpahinya. Si penjual daging berlari untuk menghentikan pria tersebut.
“Apa yang kau lakukan? Anjing ini adalah anjing yang jenius. Ia dapat masuk televisi untuk kejeniusannya.”
Pria itu menjawab, “Apa katamu? Kau katakan anjing ini pintar?? Dalam minggu ini sudah dua kali anjing bodoh ini lupa membawa kunci rumah!!?
Dengan perasaan sedih dan heran si penjual daging tadi pergi meninggalkan mereka berdua.
Apakah kita selalu menghargai kelebihan-kelebihan dari orang-orang di sekitar kita? Bahkan yang paling dekat dengan kita? Ataukah hanya kekurangan-kekurangan mereka yang kita lihat dan kita ingat-ingat dan caci maki? Padahal mereka telah sungguh-sungguh memberikan dirinya, pelayanannya, seperti anjing tadi dan kita masih juga mencari-cari kekurangan mereka? Hanya orang yang berjiwa besarlah yang dapat memuji orang lain dengan tulus dan penuh kegembiraan. Bagaimana dengan kita?