Intisari-Online.com – Seorang tukang tambal sepatu datang kepada Rabbi dan bertanya, “Katakan kepadaku, apa yang harus kulakukan dengan doa pagiku. Pelangganku itu orang-orang miskin, yang hanya punya sepasang sepatu. Aku menerima sepatu mereka sudah terlampau petang, dan mengerjakannya sepanjang malam; waktu fajar pekerjaan masih ada, kalau-kalau pelanggan mau mendapat kembali sepatunya sebelum berangkat. Sekarang pertanyaanku: bagaimana tentang doa pagiku?”
“Apa yang kaulakukan sampai sekarang?” tanya Rabbi.
“Sesekali aku cepat-cepat menyelesaikan doaku dan lalu kembali bekerja, tetapi kemudian aku merasa salah. Kali lain kulewatkan waktu doa. Tetapi aku juga merasa kehilangan sesuatu, dan kadang-kadang saja, kalau aku mengangkat palu dari sepatu, aku hampir mendengar hatiku mendesah ‘Orang celaka aku ini, bahwa aku tidak mampu melakukan doa pagiku.’”
Kata sang Rabbi,” Seandainya aku Tuhan, aku akan menghargai desahan itu lebih daripada doa.” (The Prayer of The Frog)