Penulis
Intisari-Online.com – Rumphius kecil sering duduk di samping kakeknya untuk mendengarkan kisah tentang pengalaman-pengalaman di masa silam. Sang kakek bercerita bahwa ia telah menjelajahi banyak tempat di dunia dan kini di masa tuanya ia tinggal di sebuah rumah yang walau kecil tapi indah di bibir pantai.
Rumphius kecil bergumam kepada sang kakek, “Ketika aku menginjak dewasa kelak, aku ingin seperti kakek menjelajahi banyak tempat di dunia. Di masa tuaku, aku ingin tinggal di tepi pantai seperti kakek.” Sang kakek dengan setia mendengarkan impian cucunya. “Bagus sekali impian itu. Tapi engkau harus memiliki satu impian lagi,” kata sang kakek.
Rumphius ingin sekali mengetahui permintaan sang kakek. “Engkau harus membuat satu hal yang membuat dunia menjadi lebih indah.” Tanpa berpikir panjang, Rumphius menyetujui permintaan sang kakek.
Benar, saat menginjak dewasa ia telah menjelajahi banyak tempat di dunia. Ia telah menikmati dengan kedua matanya segala keindahan di dunia ciptaan Tuhan. Kini di masa tuanya ia mendapatkan sebuah rumah kecil dan indah di pinggir sebuah pantai. Dua impiannya telah terpenuhi. Ia kini bertanya diri, apa yang harus diperbuatnya agar dunia ini menjadi lebih indah? Bukankah dunia lebih indah dari adanya?
Rumphius semakin tua. Tak ada hal lain yang bisa ia perbuat kecuali menanam bibit bunga di sekeliling rumahnya. Setahun berlalu, ia menemukan sekitar rumahnya tampak indah oleh beraneka kembang warna-warni. Penduduk kampung memujinya dan mereka suka melihat dan menikmatinya. Anak-anak gadis meminta bunganya dan diselipkan di telinga mereka. Ibu-ibu meminta bunganya untuk menghiasi rumah mereka. Bahkan ada yang mempersembahkannya di altar gereja. Jika ada pesta desa, pimpinan desa tak susah-susah mencari bunga. Rumphius pun dikenal dengan nama ‘Kakek Bunga’.
Ia tetap setia mengumpulkan lebih banyak benih bunga dan menyebarkannya di seluruh halaman rumahnya. Orang-orang kampung menyebutnya ‘Firdaus kecil’. Tahun berikutnya tak ada satu tempat pun yang tak menebarkan bunga. Rumphius pun tidak hanya memberikan ‘bunga’ nya kepada siapa saja, tetapi juga memberikan ‘bibit’nya sehingga sesudah beberapa tahun seluruh rumah penduduk desa dihiasi bunga-bunga hidup. Desanya, masyarakatnya menjadi lebih indah dan asri. Dunia yang indah kini menjadi lebih indah lagi.
‘Membuat dunia lebih indah’ dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui tutur sapa, kata-kata kita yang lembut, sopan, santun, dan baik. Saat kita senyum, orang di sekitar kita pun senyum; pun jika kita belum mengenalnya. Apalagi senyum itu tidak mahal, tidak perlu dibeli, sudah ada di ujung bibir kita. (Pak, Bangunkan Aku Ya Pak…!!)