Pengampunan Berbuah Pengampunan

K. Tatik Wardayati

Penulis

Pengampunan Berbuah Pengampunan

Intisari-Online.com – Sudah bertahun-tahun dia mendapat kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi bendahara di suatu perusahaan yang besar. Sang majikan sangat puas dan senang dengan dia, semuanya berjalan lancar. Sampai pada suatu hari, entah setan mana yang berkarya, dia didapati tidak jujur alias korupsi. Ternyata di bawah kedok jujur, rapi dan setia ada kelicikan dan pemalsuan. Ketika akhirnya perkara ini terbongkar, sang majikan kecewa, sesal, dan marah sekali.

Tapi untung, sang majikan tidak emosi, tidak cepat bertindak, malahan ia berdoa, mohon petunjuk Allah, apa yang harus diperbuat. Akhirnya ia memanggil sang bendahara. Sang bendahara sudah siap dimarahi dan dipecat. Tetapi betapa kagetnya dia, ketika sang majikan dengan tenang penuh kebapaan menanyakan apa sebabnya dia tergoda dan jatuh dalam dosa. Karena sikap tenang sang majikan, sang bendahara berani untuk cerita yang benar.

Ternyata sudah bertahun-tahun dia menggelapkan uang karena istrinya sakit, biaya dokter serta obat mahal sekali. Sedangkan dia amat sayang pada istrinya. Kagetnya sang bendahara bertambah, ketika ia tidak diusir, malahan diberi tunjangan kesehatan istrinya, asal ia berjanji untuk tidak korupsi atau menggelapkan uang lagi. Ia merasa kaget, bahagia sekali. Hampir tidak percaya. Malahan ia sempat bertanya-tanya, apakah majikan ini seorang manusia hebat atau mungkin seorang malaikat. Mana mungkin ada orang yang murah dan penuh pengampunan ini di dunia yang kejam, keras, dan jahat ini.

Kemudian sang majikan bercerita bahwa dia sendiri terlebih dahulu mengalami pengampunan. Bagaimana ia diampuni oleh istrinya, ketika ia menyeleweng, bagaimana Allah mengampuninya, ketika ia malas berdoa dan main judi. Ia bercerita, karena pengalamannya itu, ia kini menjadi lunak, suka berdoa, dan dapat mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Sejak pembicaraan itu, sang majikan dan sang bendahara menjadi sahabat akrab yang sangat percaya kepada orang lain.

Karena mereka sama-sama mengalami pengampunan dari Allah, maka mereka peduli satu kepada yang lain dan membagi milik bersama-sama karena mereka hidup penuh sukacita. Teladan hidup mereka menarik dan mereka disukai, disenangi orang lain. (Hidup Untuk Menghidupkan)