Memberi dan Menerima Pengampunan

K. Tatik Wardayati

Penulis

Memberi dan Menerima Pengampunan

Intisari-Online.com – Pengampunan mempunyai dua sisi: memberi dan menerima. Tampaknya secara sepintas memberi pengampunan adalah lebih berat dibandingkan dengan menerima pengampunan. Itu terjadi karena sering kali kita belum mampu menerima pengampunan secara penuh. Baru kalau kita mampu menerima pengampunan, kita dapat mempunyai kemerdekaan batin untuk memberikannya.

Mengapa menerima pengampunan ternyata begitu sulit? Amatlah berat untuk berkata, “Tanpa pengampunanmu, saya masih terjerat pada apa yang terjadi di antara kita. Hanya engkau yang dapat membebaskan saya.” Ini tidak hanya menuntut kita untuk mengakui bahwa kita telah menyakiti hati orang lain, tetapi juga menuntut kerendahan hati untuk mengakui ketergantungan kita pada orang lain. Barulah bila kita dapat menerima pengampunan, kita dapat memberikannya.

Sementara, bagaimana kita dapat mengampuni orang-orang yang tidak ingin diampuni? Kita amat berharap agar pengampunan yang kita tawarkan akan diterima. Memberi dan menerima adalah dua hal yang saling melengkapi, dan inilah yang membuahkan damai dan keserasian. Tetapi kalau syarat kita mau mengampuni adalah kepastian bahwa pengampunan itu akan diterima, amat jarang kita akan mengampuni.

Mengampuni orang lain adalah pertama-tama suatu gerak batin. Tindakan pengampunan itu menyingkirkan rasa marah, rasa pahit, dan nafsu hati untuk membalas serta mengembalikan martabat manusiawi kita. Kita tidak dapat memaksa orang yang ingin kita ampuni untuk menerima pengampunan itu. Mungkin mereka tidak mampu atau tidak mau menerimanya. Bahkan tidak mustahil, mereka tidak tahu dan tidak merasa bahwa mereka telah mulai diri kita.

Kita tidak dapat mengubah orang lain. Kita hanya dapat mengubah diri kita sendiri. Mengampuni orang lain pertama-tama adalah menyembuhkan hati dan diri kita sendiri. (Bread for the Journey)