Find Us On Social Media :

Dibayar dengan Segelas Susu

By Agus Surono, Jumat, 19 Oktober 2012 | 13:10 WIB

Dibayar dengan Segelas Susu

Intisari-Online.com - Suatu hari, seorang anak muda yang mskin menjual barang keperluan sehari-hari dari pintu ke pintu untuk membiayai sekolahnya. Suatu hari uangnya tinggal sedikit dan tidak cukup untuk makan hari itu. Ia begitu lapar dan memutuskan untuk meminta makan di rumah berikutnya.

Akan tetapi, begitu sseorang gadis manis membuka pintu pemuda tadi malah gugup. Alih-alih minta makan akhirnya ia hanya berucap minta segelas air. Gadis tadi melihat raut muka pemuda yang tampak kelaparan akhirnya membawakan segelas susu. Setelah diteguknya pelan-pelan, pemuda tadi bertanya, "Berapa yang harus aku bayar untuk segelas susu ini?"

"Tak perlu membayar. Ibuku mengajari untuk tidak pernah menerima bayaran untuk setiap kebaikan yang kami berikan," jawab gadis itu.

"Kalau begitu, saya mengucapkan terima kasih dari hati yang terdalam," kata pemuda itu sambil berlalu.

Begitu pemuda tadi meninggalkan rumah si gadis, tak hanya sehat fisik yang ia rasakan. Namun juga keimanan dan kekuatan batinnya bertambah. Ia bergegas dan giat menjalankan usahanya.

Tahun berlalu, gadis kecil tadi beranjak dewasa. Sayang, ia menderita penyakit kritis yang jarang diderita orang dan dokter lokal angkat tangan. Akhirnya ia dirujuk ke rumah sakit kota yang memiliki fasilitas lengkap dan dokter spesialis. Salah satu dokter yang menangani gadis itu adalah pemuda yang kelaparan tadi. Mengetahui asal-usul gadis tadi, dokter spesialis itu pun berusaha sekuat tenaga mengatasi penyakit misterius gadis yang baik hati.

Setelah melalui perjuangan yang berat akhirnya penyakit gadis itu berhasil di atasi. Dokter spesialis tadi langsung menuju ke ruang administrasi dan membereskan semua biaya yang harus ditanggung si gadis. Setelah itu ia mengirimkan struk biaya ke ruangan si gadis dengan catatan kecil di sisi struk: "Telah dibayar dengan segelas susu."

Begitulah, sebuah kebaikan akan berbuah kebaikan. Meski kita tak tahu kapan buah itu bisa kita nikmati. (*)