Penulis
Intisari-Online.com - Musaceae, nama latin dari famili pisang-pisangan memiliki beragam manfaat bagi manusia. Terlebih bagi jenis pisang yang dapat dikonsumsi, buah dari tanaman ini memang populer. Buah kaya nutrisi dan dapat dikembangkan dalam ragam olahan. Kegunaan genus Musa tak hanya berasal dari buah, melainkan beberapa bagian tubuh lain.
Sebagai pohon tak berbatang kayu, memang tumbuhan ini tak terlalu berguna. Meskipun di beberapa daerah lapisan tubuh yang dikeringkan dapat menjadi kerajinan tangan. Orang mengenal daunnya sebagai kegunaan terbesar bagi manusia di samping buah, sebagai pembungkus makanan. Sebelum kemunculan kertas, daun pisang dapat menjadi piring kecil, disebut sudi atau pincuk.
Pohon pisang memberi manfaat filosofis sekaligus menjadi maha guru bagi manusia. Perlu waktu lebih dari 5 bulan agar kita dapat menikmati manfaat buah pisang. Namun jauh sebelum menghasilkan buah, pohon pisang sejak ukuran kecil telah bermanfaat, yakni kegunaan daun bagi penanamnya.
Kepopuleran buah pisang sendiri karena ia dapat dijumpai sepanjang musim tanpa mengenal waktu. Musim hujan ataupun kemarau, tingkat adaptasi pisang dapat membuatnya berbuah sepanjang tahun. Pohon hanya akan mati setelah menghasilkan buah. Pada beberapa spesies, batang yang telah dipotong akan tumbuh batang baru pada lingkar tengah. Tunas muda pun akan muncul disekeliling pohon utama, tunas baru yang identik dengan pohon utama. Bahkan ketika ia telah membusuk, di tangan-tangan manusia kreatif, belakangan bonggol pisang diolah menjadi inovasi bahan pangan seperti keripik. Ah.. betapa bergunanya pohon pisang.
Demikian pula manusia, hendaknya bisa berguna layaknya pohon pisang. Sedari muda, kiranya manusia dapat berguna seperti daun pisang. Dapat memberikan guna dan karya bagi orangtuanya, meskipun belum mencapai umur. Ketika dewasa, sifat berkarya ini haruslah dilakukan terus-menerus sepanjang tahun untuk masyarakat di mana pun ia berada. Tentu dengan prasyarat pantang menyerah sebelum ia memberikan sesuatu untuk orang lain.
Berkaitan dengan tunas-tunas yang tumbuh di sekitarnya, ibarat manusia yang telah dewasa, ia menularkan ilmu dan sifat pada manusia-manusia muda. Manusia berbibit unggul tentu akan memberikan tunas unggul pula pada lingkungannya. Ketika manusia tersebut masuk alam baka, seperti kata pepatah, ‘manusia mati meninggalkan nama’. Bagi manusia yang memiliki jasa dan karya, ia akan dikenang dan segala pemikirannya akan tetap bermanfaat bagi mereka yang dapat memanfaatkan.
Kini, sudahkah kita berkarya dan berguna layaknya pohon pisang?