Penulis
Intisari-Online.com - Seorang murid terisak di depan Gurunya.
"Guru, aku rapuh, hidupku tak berguna. Laksana daki aku hanya mengotori. Laksana pohon, batang dan dahanku merapuh mati. Aku ingin bunuh diri!"
Sang Guru diam duduk bersila menikmati segelas kopi tubruk nan nikmat di sebuah ruangan yang temaram. Tak seberapa lama ia bangkit mengambil akuarium kecil di sudut ruangan yang berisi dua ekor ikan. Satu ekor berwarna keemasan dan seekor ikan putih yang terlihat biasa karena ikan tersebut memang ikan yang biasa hidup di persawahan.
Lalu dituangkan beberapa tetes tinta hitam kedalamnya. Air berubah warna menjadi pekat dan hitam. Ikan kecil itu perlahan mulai terlihat kebingungan. Bahkan ikan yang keemasan terlihat sempoyongan. Berjalan kehilangan arah. Menggelepar kehabisan oksigen. Hingga akhirnya pingsan.
"Muridku, hati dan pikiranmu adalah laksana ikan dalam air hitam ini. Gelap, pengap, sempit, menyesakan. Ketika dalam gelap dunia terasa sejengkal lebarnya. Ketika dalam pengap serasa hidup tak berdaya, tanpa pilihan. Ketika pikiran sempit, hati kita tumpul. Jiwa kita merapuh."
Dengan perlahan Sang Guru mengambil teko besar berisi air putih jernih. Dituangkannya ke dalam akuarium yang berwarna hitam itu. Pelan tapi pasti warna hitam air tersebut terus memudar. Air terus dituang bahkan hingga air meluap dari akuarium. Terus dituang hingga air di dalam akuarium menjadi kembali jernih dan bening. Menyisakan ikan putih yang kembali segar berenang dengan riangnya.
"Muridku, penuhi jiwa dan hatimu dengan kebaikan dan limpahilah dengan syukur. Lupakan segala kesulitan, kemalangan, kegelapan yang ada. Syukurilah kemudahan yang ada. Fokuslah pada kelapangan, bukan pada kesempitan. Hitunglah keberuntungan dan lupakanlah kemalangan. Limpahkanlah perasaan syukurmu dengan menebar kebaikan ke sekitarmu. Penuhi hatimu dengan perasaan syukur maka perlahan hatimu terpenuhi syukur.
Murid bertanya, "Guru, aku sulit merasakan syukur."
Sang Guru menjawab, "Cukup perbanyak berbuat kebaikan maka hatimu akan belajar bersyukur."
"Guru, aku lemah dan tidak bisa bersabar."
Sang Guru menjawab, "Jadilah ikan sawah yang diasah oleh kesulitan hidup dan menjadikan setiap kesulitan hidup adalah bagian dari proses menuju keberhasilan."
"Guru, aku masih dalam kegelapan."
Sang Guru menjawab, "Jadilah cahaya! Sekecil apa pun, jadilah cahaya bagi sekitarmu. Tebarkanlah kebaikan, maka perlahan kegelapanmu akan sirna, karena kamu sudah menjadi cahaya."
Jadilah cahaya terang di-tengah kegelapan. (BMSPS)