Find Us On Social Media :

Rahib yang Rakus

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 5 Maret 2013 | 17:00 WIB

Rahib yang Rakus

Intisari-Online.com – Gessen itu seorang rahib Budha. Akan tetetapi ia juga seniman lukis berbakat ulung. Sebelum mulai melukis ia  selalu menuntut bayaran di muka. Upah yang dimintanya besar luar biasa. Maka ia dikenal sebagai rahib rakus.

Seorang geisha memanggil dia untuk menggambar. Gessen berkata, "Kamu mau membayar berapa?" Perempuan itu kebetulan melayani kekasih kaya di waktu itu. Ia berkata, "Apa saja yang kamu minta. Namun lukisan harus dibuat sekarang di hadapanku."

Gessen segera mulai bekerja dan ketika lukisan sudah selesai, ia menuntut  bayaran paling tinggi yang pernah ia minta. Ketika Geisha itu memberikan uangnya, ia berkata kepada kekasihnya. "Orang ini dianggap seorang rahib, tetapi yang dipikirkan hanya uang. Bakatnya memang luar biasa, tetapi pikirannya itu kotor, mata-duitan. Bagaimana orang memamerkan lukisan orang berpikiran kotor  seperti itu? Karyanya itu baik untuk pakaian dalam bagiku."

Dengan itu ia melemparkan rok dalam kepadanya dan meminta untuk menggambarkan lukisan padanya. Gessen bertanya seperti biasa sebelum ia mulai dengan karyanya. "Kamu akan memberi aku upah berapa?" "Oh, sebanyak yang kamu inginkan," kata wanita itu. Gessen menyebut harganya, menggambarkan lukisan, tanpa malu mengantongi uangnya, dan pergi.

Bertahun-tahun kemudian, ada seseorang yang menemukan mengapa Gessen begitu rakus mengumpulkan uang. Bahaya kelaparan kerap menimpa daerahnya. Orang kaya tidak peduli menolong yang miskin. Maka Gessen menyuruh membangun lumbung-lumbung rahasia di daerah itu dan mengisinya dengan gandum bagi keadaan darurat. Tidak ada orang tahu, gandum datang dari mana atau siapa penderma bagi wilayah itu.

Alasan lain, mengapa Gessen menginginkan uang itu: jalan dari desanya menuju kota yang puluhan kilometer jauhnya jelek. Gerobak pun tidak bisa berjalan di sana; hal ini menimbulkan banyak derita bagi yang tua dan yang sakit, kalau mereka perlu pergi ke kota. Maka Gessen menyuruh memperbaiki jalan.

Alasan terakhir adalah kuil untuk bermeditasi, yang selalu dicita-citakan oleh guru Gessen, tetapi tidak dapat ia laksanakan. Gessen membangun kuil itu sebagai tanda terima kasih kepada guru yang dihormatinya.

Sesudah rahib rakus itu selesai membangun jalan kuil dan lumbung-lumbung ia membuang cat dan kuas, kembali ke gunung-gunung, untuk masuk dalam hidup berkontemplasi dan ia tidak melukis lagi.

Perbuatan seseorang pada umumnya menunjukkan apa yang mau ditafsirkan oleh pengamat. (The Prayer of The Frog)