Find Us On Social Media :

Siapa yang Bertanggung Jawab?

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 12 Maret 2013 | 06:00 WIB

Siapa yang Bertanggung Jawab?

Intisari-Online.com – Seorang anak laki-laki lahir dari pasangan yang telah menikah sebelas tahun. Mereka adalah pasangan yang penuh kasih dan anak itu adalah permata hati mereka.

Suatu pagi, ketika itu si anak berusia dua tahun, sang suami melihat botol obat terbuka. Ia terburu-buru berangkat kerja karena sudah terlambat,  sehingga meminta istrinya untuk menutup botol dan memasukkannya ke dalam lemari. Sang istri, yang benar-benar sibuk di dapur, lupa.

Si anak melihat botol itu dan bermain-main dengannya. Karena terpesona dengan isi botol yang berwarna-warni, ia meminum semua isi botol tersebut. Tentu saja menjadi racun bagi anak kecil karena obat tersebut dimaksudkan untuk orang dewasa.

Melihat anaknya keracunan, sang ibu bergegas membawanya ke rumah sakit, namun si anak akhirnya meninggal. Sang ibu tertegun, dia takut. Bagaimana ia menghadapi suaminya?

Ketika sang ayah datang ke rumah sakit, ia bingung melihat anaknya meninggal. Ia melihat istrinya dan hanya mengucapkan empat kata. “Saya cinta kamu, sayang.”

Reaksi suami benar-benar tak terduga. Ia berperilaku proaktif. Anak itu sudah meninggal, ia tidak mungkin kembali lagi ke kehidupan. Tidak ada gunanya mencari-cari kesalahan istrinya. Selain itu, kalau saja tadi ia menyempatkan waktu untuk menyingkirkan botol obat itu, ini tidak akan terjadi.

Tidak ada gunanya menyalahkan yang sudah terjadi. Ia juga kehilangan anak satu-satunya. Yang dibutuhkan istrinya saat itu adalah penghiburan dan simpati dari sang suami. Untuk itulah ia memberinya.

Kadang-kadang kita menghabiskan waktu bertanya siapa yang bertanggung jawab atau siapa yang harus disalahkan, apakah itu dalam suatu hubungan, dalam pekerjaan, atau dengan orang yang kita kenal dan kehilangan kehangatan dalam hubungan manusia. Kitabisa menerima dengan saling memberi dukungan satu sama lain.

Setelah semuanya, tidakkah memaafkan seseorang yang kita cintai menjadi hal yang termudah kita lakukan di dunia ini?

Hargailah apa yang kita miliki. Jangan memperbanyak rasa sakit, kesedihan, dan penderitaan, dengan berpegang pada pengampunan. Lepaskan semua rasa iri, kecemburuan, keengganan untuk memaafkan, keegoisan, dan ketakutan. Kita akan menemukan hal-hal yang sebenarnya tidak sesulit yang kita pikirkan.

Jika semua orang bisa memandang hidup dengan sudut pandang seperti ini, akan ada sedikit masalah di dunia.